twitter


Ada sebuah iklan menarik yang pernah ditayangkan di salah satu TV swasta luar. Saya lupa lagi iklan apa itu, yang jelas tayangannya seperti ini:

Seorang wanita cantik aduhai memasuki sebuah perpustakaan sepi. Sang pustakawan sontak menyambutnya dengan kata-kata sapaan khas librarian.

"Is there anything you need?"

Si wanita sambil tersenyum (coba Anda bayangkan sosok Angelina Jolie dicampur sama Catherine Zeta Jones dicampur lagi sama Luna Maya, tapi berambut pirang halaah) kemudian menjawab,

"Ooh ... well, I would like to have cheeseburger, french fries and diet coke ..."

Pustakawan terkejut.

"Stt .. this is library, you have to be quiet .. and .."

Wanita cantik lalu menjawab,

"Ups, sorry .. (dengan suara berbisik) OK .. then I would like to have ... (mengulangi kata-kata yang sama)

Jika Anda dapat menangkap maksud dari penggalan iklan di atas, maka si perusahaan iklan berhasil menyampaikan pesan yang ingin mereka sampaikan.

Ya betul, cantik tidak selalu identik dengan pintar. Anda pasti ingin bertanya, "Kenapa ya?"

Saya pun pernah mengajukan pertanyaan yang sama. Tapi memang 'biasanya' (biasanya lho) wanita yang cantik buanget (sampai bikin sesak napas) tidak pintar. Mungkin Allah melebihkan di satu sisi dan memberi kekurangan di sisi lain.

Atau mungkin Anda akan bilang "Ah, engga juga ..."
Saya juga akan setuju dengan Anda. Karena saya engga gitu (maksudnya saya cantik dan juga pintar, haha).

Tentu saja ini tidak mutlak. Sekarang toh banyak artis-artis cantik yang ternyata pintar secara akademis atau emosional. Namun banyak juga yang engga .. hihi

Ada satu atau dua orang yang saya kenal, yang memenuhi kriteria itu. Cantik tapi ga pintar maksud saya. Ada seorang yang saya kenal yang bahkan dunianya hanya berputar di kecantikan saja, lainnya ia buta.

Hah?? Mungkin begitu yang ada di benak Anda.

Serius. Bahkan untuk hal-hal simpel sekalipun. Dan ini yang paling penting. Wawasan. Orang perlu punya wawasan. Untuk apa? Yah untuk bisa bergaul dengan orang banyak, untuk bisa tahu dunia, untuk menambah ilmu. Banyak.

Di dunia barat bahkan tidak hanya sekedar cantik, cewek blondie dianggap bodoh. Oleh karena itulah dibuat film "Legally Blond" (kalau Anda sudah menonton). Dalam film tersebut diceritakan seorang gadis pirang yang diremehkan karena dianggap bodoh, padahal ternyata si gadis sangat cerdas.

Jika teman-teman saya yang narsisnya sudah melewati batas kewarasan itu membaca tulisan ini, saya jamin mereka pasti akan langsung berteriak,

"Tapi aku kan cantik dan pintar ...!!"

Huu enak aja mereka mau nyama-nyamain dengan saya.

Kalo saya sih, emang cantik, pintar, dan mempesona.

Yah saya tahu, dunia kadang tak adil memang.

Wakakakaka ...







Orang sangat suka bergaya. Itu harus diakui. Saya juga. Dari mulai gaya pakaian, gaya bicara sampai gaya rambut. Semuanya selalu berganti dinamis seiring perkembangan jaman. Apa yang menjadi tren jaman saya SMA, beda dengan apa yang jadi tren anak SMA sekarang.

Terus terang saya pemerhati gaya berpakaian orang. Bukan secara fashion, sebab yang satu itu saya pun buta. Boro-boro mikirin fashion terbaru, baju saya jaman kuliah aja ada yang masih terpakai sampai sekarang, secara kriteria baju bagus buat saya adalah warnanya cocok dan longgar hingga tidak membentuk badan.

Yang sering saya perhatikan adalah kalau tidak gambar, tulisan yang tercetak pada baju seseorang. Yang paling sering memakai baju seperti ini tentu saja anak muda. Tak pernah saya temui nenek-nenek pakai kaos distro. Halaah.

Anak-anak muda itu sepertinya tidak sadar dengan apa yang tertulis di kaosnya (seringnya memang kaos) atau sadar tapi pura-pura ga sadar atau sadar tapi tetap merasa gaya, atau tidak sadar tapi ga ingin menyadarkan diri, halaah ...

Suatu hari di BEC, saya pernah melihat seorang gadis manis berkaus ketat (sepertinya itu kaus adiknya, karena saking ketatnya, saya takut dia bisa sesak nafas). Di kaosnya itu ada tulisan segede gaban;

FUCK ME ALL THE TIME

Saya sontak menowel suami yang saat itu ada di samping. Berdua kami berdiskusi kira-kira si gadis tahu tidak mengenai makna tulisan itu, karena jika diartikan, akan jadi begini :

SETUBUHI AKU SEPANJANG WAKTU

Astaghfirullah ...

Dan itu bukan kali pertama.

Pada kesempatan lain, saya menemukan tulisan :

I'M SLUT = saya perempuan nakal

MOTHER FUCKER = penzina ibu

Gusti ...

Apalagi yang tulisannya "badjingan", banyak sekali anak muda yang saya lihat memakai kaos dengan tulisan seperti itu.

Saya tidak tahu kenapa mereka bangga sekali mengenakan baju model itu. Kesimpulan yang saya ambil adalah; pasti mereka tidak mengerti, dianggapnya kalau pakai bahasa Inggris berarti KEREN.

Atau, kalau mereka mengerti, berarti mereka lebih BODOH dibanding golongan yang pertama. Karena demi gaya mereka sanggup mempertaruhkan harga diri seperti itu.

Bagi saya, What you wear, is what your are. Yang kamu pakai, itulah kamu.

Bukankah gampang sekali orang awam menilai perempuan bercadar dengan label "teroris"?
Bukankah kita enak saja menilai laki-laki bersorban sebagai orang sholeh? Karena stigma yang sudah melekat dalam ingatan kita?

Maka wajar tidak, kalau saya menilai perempuan yang memakai baju dengan tulisan seperti di atas tadi sebagai perempuan "murahan"? Mohon maaf sekali.

Yah ini sekedar wacana saja sih. No hard feeling.

Tadi pagi saya melihat lagi laki-laki yang memakai jaket penuh dengan kata-kata yang sama. Kata itu adalah :

NUDE = telanjang

Hehe .. telanjang kok masih pake baju, mas?

Ada lagi yang perempuan yang pake baju bertuliskan :

DON'T HATE ME BECAUSE I'M BEAUTIFUL
= jangan benci aku gara-gara aku cantik

Naah kalau yang itu termasuk narsis mukhofafah.

Kalau yang ini :

LA PLUS BELLE DU MONDE
= paling cantik sedunia

ini jelas termasuk narsis mugholadoh.

Satu kesimpulan saya untuk tulisan kali ini:

Mun rek make baju teh, ngarti heula atuh naon hartina ...


Ini merupakan sambungan dari tulisan saya sebelumnya. Sudah baca?
Baiklah kita teruskan ya ...

Beberapa waktu yang lalu, saya juga pernah berkumpul dengan para guru bahasa Inggris untuk sebuah keperluan tertentu. Tak perlu saya sebutkan apa dan dimana ya. Pokoknya ada aja.

Pertemuan dibuka oleh sang Ketua (Oh yes, we do have a chairman). Saya sudah menduga bahwa pasti ia takkan lama berbahasa Inggris, selalu seperti itu. Setellah 'cuap-cuap' sebentar untuk membuka, ia akan langsung beralih ke bahasa Indonesia dengan mengatakan,
"Yah, pake bahasa Indonesia aja ya .. haha"

Give me a break. Pliiis deh.
Jika itu sekumpulan guru non-inggris, atau siapa gitu, mungkin masih oke. Tapi ini guru-guru bahasa Inggris loh .. hello??

Bukan saya tidak bangga dengan bahasa bangsa saya sendiri, tapi saya merasakan adanya kemalasan atau bahkan ketidakpedean untuk berbahasa Inggris. Gurunya saja sudah seperti itu, gimana muridnya.

Terus, pada saat dia ngomong ternyata suaranya serak. Sepertinya pilek. Sudah tidak mau berbahasa Inggris, pilek pula. Dalam cuap-cuapnya ia meminta maaf dikarenakan ketidaksehatan dirinya. Halaah.

"So, ladies and gentlemen, I am sorry because my sound is not good, I am sick .. so let's talk in Bahasa ..."

Bidadari pake kawat gigi (saya maksudnya hehe) juga tahu, 'sound' itu dimaksudkan bagi suara benda bukan manusia. Seharusnya ia bilang "voice". Dan kalimatnya pun ga enakeun. Arggh ...

Siang tadi saya tersenyum geli. Di sekolah, rekan saya menunjukkan karangan siswanya. Mungkin rekan saya menyuruh siswanya untuk menceritakan kegiatan sehari-hari. Yang bikin edun adalah si anak itu tahu banyak kosa kata (huebaat) namun ia sepertinya sama sekali tidak tahu mengenai struktur kalimat yang benar.

Perhatikan:

I not want go to school, pass I pray enough so my mother not ask I to go. I go back to bedroom and sleeping, to relaxed my opinion.

Lihat kata-kata yang saya cetak tebal.


"Pass" ia maksudkan 'lalu'

I pray enough = saya berdoa cukup (banyak untuk membuat ibunya tidak menyuruhnya ke sekolah)

to relaxed my opinion = untuk menenangkan pikiran.

:P

Saya cengar cengir, tapi sepakat dengan rekan saya, untuk memberikan apresiasi pada si anak karena sudah mau menuliskannya, sekaligus saya mewanti-wanti rekan saya untuk terus membimbingnya.

Gimana dong.

"Delicious, your father rich" = Enak bapak loe kaya! (versi Anggun :D)

So you know = sok tau ah!

Yah, memang susah sih. Kalau memang sudah begitu adanya, no what what.

he he he

I become want laughing
(saya jadi pengen ketawa)


Beberapa tahun lalu, saya pernah mengikuti (baca : diwajibkan) sebuah seminar pendidikan guru bahasa Inggris di Bandung Utara. Yang mengadakannya sebuah lembaga pemerintahan (tuuuut ... sensor ya). Di sana berkumpul para guru-guru bahasa Inggris se-Jawa Barat.

Awalnya saya merasa excited. Bagaimana tidak, tentu saya akan bertemu dengan rekan-rekan sejawat, saya bisa berbagi ilmu dan belajar dari mereka. Namun harapan tinggall kenangan karena ternyata oh ternyata .. motivasi orang berbeda-beda. Banyak dari mereka yang saya lihat tidak begitu mengacuhkan isi seminarnya (yang memang 'biasa' saja, mohon maaf). Dan karena mereka datang dari berbagai penjuru, maka mereka membawa segala rupa laku yang ... sedikit berbeda dengan yang biasa saya lihat.

Mengenai sikap mereka biarlah di lain waktu saya bahas.

Seperti yang saya katakan tadi, materi yang disajikan memang tidak terlalu istimewa. Kurang mengena. Saya pikir kalau seminar tingkat Jawa Barat paling tidak harus 'lumayan' lah, tapi sudahlah.

Pada suatu sesi, sesi yang sebenarnya cukup saya sukai, karena pematerinya cerdas dan lugas dalam menyampaikan hal yang dibahasnya. Sayangnya memang, tampilan in fokus darinya tidak begitu 'eyes catching', begitulah.

Saat termin pertanyaan, ada seorang guru yang bertanya bagaimana caranya jika ia ingin mendapatkan soal untuk ulangan, karena ternyata buku paket yang dipakai murid-muridnya itu di dalamnya memuat kunci jawaban. Alhasil, si guru kelabakan untuk mencari soal lain.

Saya terperangah. Heran dan juga sedih.

Saya heran membayangkan bagaimana mungkin si guru itu hilang akal hanya gara-gara ia tak bisa 'membajak' soal dari buku? Bukankah ia bisa jadi guru karena ia kuliah? Pasti ia kuliah di jurusan yang sekarang ia ajarkan .. mungkin juga tidak (seperti saya), tapi bagaimanapun persiapan itu amat penting, pun peningkatan potensi diri. Haiyaah ...

Saya juga sedih karena ia tak bisa memikirkan cara lain untuk mendapatkan soal. Karena saya pun jika sedang 'amnesia otak' terkadang mencari referensi soal ke buku-buku atau browsing di internet. Satu kali 'klik' saja bisa membuat ribuan soal 'ngaburudul'

Ah, memang teknologi dan penjaminan kesejahteraan guru belum merata ...

Beres yang itu, kemudian seorang guru kembali bertanya. Yang satu ini ajaib sekali. Begini pertanyaannya,

Penanya, "Ibu .. saya adalah guru Bahasa Inggris di ...
"Saya ingin agar siswa saya semangat dalam belajar bahasa Inggris, maka terkadang saya menyederhanakan kalimat dan membiarkan mereka untuk berkreativitas sendiri ..."

Pemateri, "Contohnya bagaimana, Pak?"

Penanya, "Begini Bu, pernah ada siswa saya yg datang mencari saya ke rumah ketika saya tidak ada. Ia mengatakan begini,

Sir, yesterday I go to house you, but there is no who who ...
(saya datang ke rumah Anda kemarin dan tidak ada siapa-siapa)

sontak meledaklah tawa satu ruangan. Saya juga tertawa. Awalnya. Akhirnya saya sedih lagi. Saya termasuk 'idealis' dalam mengajar. Saya ingin anak-anak mempelajari bahasa Inggris yang baik dan benar. Dan dari penuturan guru tersebut di atas, dapat kita bayangkan bagaimana jadinya muridnya itu.

Saya berkali-kali harus mengingatkan pada semua orang, dan diri saya sendiri, bahwa menggunakan suatu bahasa berarti kita juga menggunakan konteks budaya dimana bahasa itu dipakai.

Perhatikan peribahasa Sunda berikut ini: (mohon maaf bagi non-Sunda jika ada rooming)

'Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok."

peribahasa ini mengandung arti; suatu usaha yang terus-terusan meskipun kecil akan mendatangkan hasil juga pada akhirnya. Dalam konteks bahasa Indonesia, tidak akan kita temukan kalimat yang persis seperti itu (memakai analogi batu) jadi untuk arti yang sama, kalimatnya pasti beda.

Jangan coba-coba langsung mengartikan peribahasa tersebut ke dalam bahasa Inggris, karena akan jadi seperti ini :

Water Karacak Fall On The Stone, Slowly, Slowy, Become Sloppy

Meureun.

Atau yang seperti ini.

Dalam bahasa Sunda, harta orang kaya sering digambarkan seperti ini:

"Bru di juru, bro di panto, ngalayah di tengah imah"

English version :

Bru in the corner, bro on the door, ngalayah in the middle of the house.

Asoy geboy kaaan ...

Ada banyak yang Belum Saya ceritakan di sini, tapi karena takut kepanjangan, kita bagi dalam dua bagian ya.

Lihat di sequel-nya.





Siang tadi anak-anak MA Asih Putera mengikuti lomba kabaret di Cimahi. Tadi saya sudah dapat kabarnya. Alhamdulillah mereka berhasil memenangkan juara satu. Horeee ...

Speaking of achievements, murid-murid kami itu memang rajin mendulang prestasi. Dalam berbagai bidang alhamdulillah kami sering menjuarainya. Kalau ada yang ingin bertanya, apa resepnya? Saya akan beberkan di sini.

Di sekolah kami, salah satu hal penting yang kami tanamkan adalah character building dan tentu saja pengembangan akhlak. Yang paling mencolok perbedaan antara kami dan sekolah lain adalah kedekatan kami dengan para murid. Yang saya maksud dekat adalah dalam arti sebenarnya. Di kami, adalah wajar jika melihat para guru bercengkerama dan bercanda dengan siswa. Pada waktu kapanpun mereka boleh mendatangi kami dan mengobrol. Kami bertindak tidak hanya sebagai guru pengganti orangtuanya di sekolah namun juga teman bahkan sahabat mereka. Saya bahkan sering membahasakan diri saya dengan "Aku" saking seringnya saya lupa bahwa mereka sejatinya adalah murid saya. Bapak-bapak malah sering sekali 'mengbal' dengan mereka. Kalau sudah di lapangan futsal, tak masalah siapa yang 'ngeledot' siapa .. mau guru mau murid. Makanya itulah resep awet muda kami. Anda tak percaya? banyak yang menyangka kami lebih muda dari usia sebenarnya (khususnya saya), mungkin karena setiap hari kami bergaul dengan anak-anak muda. Halaah.

Anak-anak muda yang kami bimbing ini memang luar biasa berpotensi. Bahkan yang akan dianggap 'biasa' oleh orang lain. Serius. Di mata kami, tak ada anak yang 'bodoh' atau 'biasa', semuanya istimewa, dengan caranya masing-masing. Dan tugas kami adalah memunculkan berlian yang terpendam itu. Tak masalah jika seorang anak tidak paham matematika, jika ia berbakat menyanyi. Tak masalah ia sedikit lambat dalam belajar, jika ia supel dalam berteman. Apalagi jika ia berakhlak baik, kami akan sangat bangga, minimal ia sudah menanamkan 'saham' untuk akhirat nanti.

Jika ada perlombaan, terkadang kami tak hanya mengirimkan anak yang 'pintar', namun juga yang lainnya. Kami memberi kesempatan bagi semua orang. Kami ingin tiap-tiap dari mereka merasa bahwa mereka 'bisa' dalam hal apapun, asalkan positif tentunya.

Satu lagi yang membedakan anak-anak kami adalah kepercayaan diri mereka yang tinggi. Mungkin karena kami terbiasa membebaskan mereka untuk berekspresi asalkan masih dalam batas kewajaran. Jarang kami temui anak-anak yang masih malu untuk bertanya atau ngobrol dengan guru. Beda dengan jaman saya dulu. Guru yang bisa diajak curhat mungkin hanya dapat dihitung sebelah jari aja.

Sungguh saya senang membimbing mereka. Dan saya yakin mereka juga senang belajar dengan saya. Tak percaya??

Silakan buktikan sendiri ...