Sudah menjadi kebiasaan di daerah tempat tinggal saya, jika hujan sedikit pasti mati lampu. Dan itu terjadi juga malam ini. Selepas Isya, listrik sudah tak ada, petir menyambar-nyambar di luar.
Kami berlima jadi 'numpuk' di kasur saya dan suami, bercengkerama. Asyik juga ngobrol dengan anak-anak, tertawa-tawa hingga satu demi satu tertidur lelap. Beberapa kali saya terbangun dan mendapati lampu sudah menyala kembali. Di kasur atas ada saya dan Fathima, di bawah si Abi bareng Aisha. Tazkia rupanya sudah pindah ke kamarnya sendiri.
Entah kali keberapa saya terbangun, saya melihat ada sesuatu yang berwarna orange di atas lemari baju. Maklum, tidak pake kacamata, jadi butuh waktu beberapa detik bagi saya untuk menyadari bahwa lilin yang kami simpan di atas lemari sudah terbakar dengan tempatnya. Sontak saya membangunkan suami dan ternyata api sudah menjalar hingga ke dalam lemari.
Inginnya saya menjerit kuat-kuat, tapi tak jadi karena ingat anak-anak. Akhirnya setelah berhasil dipadamkan (dengan akibat tangan dan kaki Abi jadi sedikit terbakar) barulah saya membereskan 'sisa-sisa' isi lemari.
Subhanallah, ternyata ada beberapa baju saya dan suami yang terbakar. Tidak sampai habis memang tapi untuk dipake lagi sudah tak mungkin. Dan lucunya yang terbakar itu adalah jenis baju-baju yang tidak sering dipakai, yang buat ke undangan atau memang yang tersimpan saja. Sementara baju-baju yang sering dipakai sih disimpan di gantungan luar.
Saya jadi tersadar, mungkin memang kami kurang perhatian dengan barang yang kami punya, sementara segala sesuatu ada hisabnya di akhirat nanti. Alhamdulillah kami masih ditagih di sini, mungkin jika tidak sering dipakai lebih baik diberikan saja pada orang lain.
Berkali-kali saya berucap syukur. Allah masih menyelamatkan hidup kami malam ini.
Alhamdulillah ...
Kami berlima jadi 'numpuk' di kasur saya dan suami, bercengkerama. Asyik juga ngobrol dengan anak-anak, tertawa-tawa hingga satu demi satu tertidur lelap. Beberapa kali saya terbangun dan mendapati lampu sudah menyala kembali. Di kasur atas ada saya dan Fathima, di bawah si Abi bareng Aisha. Tazkia rupanya sudah pindah ke kamarnya sendiri.
Entah kali keberapa saya terbangun, saya melihat ada sesuatu yang berwarna orange di atas lemari baju. Maklum, tidak pake kacamata, jadi butuh waktu beberapa detik bagi saya untuk menyadari bahwa lilin yang kami simpan di atas lemari sudah terbakar dengan tempatnya. Sontak saya membangunkan suami dan ternyata api sudah menjalar hingga ke dalam lemari.
Inginnya saya menjerit kuat-kuat, tapi tak jadi karena ingat anak-anak. Akhirnya setelah berhasil dipadamkan (dengan akibat tangan dan kaki Abi jadi sedikit terbakar) barulah saya membereskan 'sisa-sisa' isi lemari.
Subhanallah, ternyata ada beberapa baju saya dan suami yang terbakar. Tidak sampai habis memang tapi untuk dipake lagi sudah tak mungkin. Dan lucunya yang terbakar itu adalah jenis baju-baju yang tidak sering dipakai, yang buat ke undangan atau memang yang tersimpan saja. Sementara baju-baju yang sering dipakai sih disimpan di gantungan luar.
Saya jadi tersadar, mungkin memang kami kurang perhatian dengan barang yang kami punya, sementara segala sesuatu ada hisabnya di akhirat nanti. Alhamdulillah kami masih ditagih di sini, mungkin jika tidak sering dipakai lebih baik diberikan saja pada orang lain.
Berkali-kali saya berucap syukur. Allah masih menyelamatkan hidup kami malam ini.
Alhamdulillah ...
27 Mei 2010 pukul 05.47
Hhh.. untung ga sampe kebakaran semua
Kalo sampe kebakarang semua tetangga dapet api unggun gratis (langsung aja anak-anak MTs pada kemah alam, apa sih ga nyambung)
Ya, mungkin itu cara Alloh ngingetin kita buat menyayangi barang2 yang sering dianggap ga penting.
Sometimes we just don't know how to love them well :)