twitter


by Irma Susanti Irsyadi on Wednesday, September 8, 2010 at 8:41pm

Beberapa waktu yang lalu, masih di bulan Ramadhan, ketika sekolah belum libur, saya pernah mengisi kajian keputrian di sekolah. Awalnya materi saya adalah mengenai 'sex-education'; tentu bukan tentang "how to" (karena kalau itu baiknya kita serahkan saja pada guru biiologi) tapi lebih ke "What happen If", yaitu apa yang terjadi jika mereka melakukan "itu" sebelum waktunya. Ah sudahlah, tak usah bingung.

Keputrian yang awalnya hanya satu pertemuan akhirnya dilanjutkan menjadi dua kali pertemuan (kelas IX). Seru sekali ternyata membahas masalah perempuan dengan anak-anak perempuan, hingga akhirnya berujung pada kehormatan yang Allah berikan khusus untuk kaum kita, yaitu hamil dan melahirkan.

Tentu saja, untuk anak-anak usia segitu, penjelasan saya pasti mendebarkan dan mengerikan. Sampai-sampai di sela-sela ngadongeng, berulangkali mereka menukas, "Ya ampun bu, meni gitu2 teuing jadi perempuan teh .."

Namun pasti bagi kita yang sudah dewasa dan sudah melewati fase itu, istilah hamil dan melahirkan adalah biasa saja. Bahkan diantara kita mungkin ada yang sudah melahirkan lebih dari satu kali (saya contohnya hehe), dengan cara normal maupun khusus. Nevertheless, saya ingin berbagi dengan kita semua mengenai ini, karena baru saja saya membaca status teman saya yang sedang hamil, dan sedang begitu repotnya dia hingga lemas.

Saya pikir perempuan manapun pasti akan senang ketika dinyatakan hamil. Meski mungkin untuk beberapa orang merasa terkejut karena merasa belum siap atau apapun, namun cepat atau lambat Anda akan jatuh cinta kepada si makhluk yang berkembang di dalam rahim Anda, betapapun ia akan membuat Anda mengalami morning-siickness di pagi hari, sehingga apapun yang Anda telan, pasti akan Anda keluarkan lagi.

Si makhluk yang belum jelas ini akan sering membuat Anda mual,dan (mungkin) merasa tidak cantik lagi. Saya pernah mengatakan pada murid2 saya betapa cepatnya fisik wanita berubah. Tak membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membuat seorang wanita 'berubah' hanya cukup sekali hamil dan kemudian melahirkan. Isn't that so?

Wanita hamil memang berbeda-beda, semuanya mendapatkan cobaan dan harus melakoni perjuangan yang berbeda-beda. Bagi saya, 3 kali pengalaman itu mungkin tidak terlalu berat dibanding perempuan lain. Namun saya tahu ada banyak perempuan yang sangat payah sekali proses kehamilan sampai melahirkannya. Ada orang yang saya dengar malah harus diinfus sejak hamil hingga usia kehamilannya mulai besar ketika ia sudah mampu menelan makanan tanpa memuntahkannya. Tentu kita tidak dapat memilih, karena semua Allah yang memilihkannya untuk kita.

Nah, ketika Anda merasa sudah lebih enakan untuk makan, jangan harap Anda bisa bernafas lega, karena si kecil sekarang sudah sangat pandai menendang. Terkadang saking dahsyatnya, tendangannya bisa kerasa sampai ke ulu hati. Seringnya kita merasa bahagia, bahkan kita akan bercerita pada siapapun mengenai tendangan-tendangan itu. Bahkaan orang-orang yang kita kenal akan dengan senang hati memegang perut kita hanya untuk merasakan tendangan si kecil. Tapi bayangkan bila di malam hari, ketika mata Anda sudah ingin terpejam namun ia masih ingin bermain-main dengan Anda, tendang sana-tendang sini (mungkin dia pikir badan kita ini layaknya lapangan futsal indoor yang dapat disewa sepanjang waktu), walhasil (seperti pengalaman saya dulu) bukan tidur yang kita dapat melainkan sakit pinggang dan insomnia.

Tubuh kita makin lama makin ga jelas bentuknya. Kalau ditanyakan ke guru matematika, mungkin mereka akan bingung menentukan nama untuk bentuk tubuh wanita hamil. Disebut silinder bukan, prisma ga mirip, jajaran genjang apalagi. Beberapa bagian tubuh juga sudah menunjukkan "pengkhianatannya" kepada kita. Tidak usahlah saya sebutkan di sini, pasti pada ngerti.

Makin besar, makin susah. Sering ingin pipis, karena kandung kemih sudah terdesak oleh si kecil yang sudah kita sebut bayi. Pandangan kita sudah mulai terganggu, karena ketika melihat ke bawah, bukannya kaki yang kelihatan malah gundukan besar layaknya drum yang kita bawa kemana-mana.

Mendekati waktu melahirkan semakin kacau saja. Rasanya mulas ingin ke WC dan mulas kontraksi sudah tak dapat dibedakan. Begitu datang ke RS, rumah bersalin atau bidan, belum tentu kita akan langsung melahirkan dalam 5 menit. Mungkin kita akan diminta untuk jalan2 dulu dengan alasan melancarkan keluarnya si bayi, padahal rasanya batin ini sudah ingin menjerit, ingin segera semuanya selesai.

Ketika orang lain bisa dengan gampangnya bilang "Ya udah atuh, tinggal ngeden aja .." Oooh kita amat sangat tahu bahwa kenyataannya tidak segampang yang dikatakan. Mengejan itu ternyata susah saudara-saudara. Ketika keringat mulai bercucuran, nafas mulai tersengal-sengal, dan mulut rasanya ingin menjerit karena rasa sakit yang tak tertahankan. Di sinilah peran pendamping hidup amat menentukan. Kita butuh seseorang di sana (suami, ibu atau siapapun karena terkadang ada juga yg tdk membolehkan orang melahirkan ditunggui) untuk menyemangati kita, untuk menghapus peluh di kening kita, untuk menenteramkan kita dengan membisikkan beruntai-untai dzikir di telinga kita, karena luar biasa sekali ternyata godaan untuk jejeritan itu.

Mata murid-murid saya terbelalak waktu saya ceritakan itu semua. Bisa saya bayangkan betapa mengerikannya pengalaman model begitu untuk mereka. Tapi saya akhiri dengan mengatakan "Tak ada kebahagiaan yang paling indah bagi seorang ibu selain melihat wajah bayi yang baru saja ia lahirkan."

Semua keluh kesah, semua rasa sakit, semua kegelisahan dan kepenatan, semuanya musnah. Rasanya kita rela untuk melakoni lagi seluruh proses rangkaian perjuangan itu, ketika kita menatap wajahnya. Wajah bayi kita. Buah hati kita. Makhluk yang selama ini hanya mengganggu hidup kita. Tak ada. Tak ada rasa marah atau kesal. Yang ada hanya cinta. Kita cinta padanya.

Tentu teman-teman hapal betul dengan pahala yang bisa kita dapatkan jika kita mampu melewati perjuangan kita sebagai wanita itu semasa hamil hingga melahirkan, pahalanya sama dengan orang yang pergi berjihad dalam keadaan berpuasa. Subhanallah ...

Dan jangan berfikir perjuangan berakhir ketika kita melahirkan. Masih terbentang jutaan episode kehidupan kita bersamanya. Masih lama baru akan kita mereguk apa yang Allah janjikan pada kita, yaitu SURGA.

Dan anak-anak kita akan memuliakan kita tiga kali lebih tinggi dari mereka memuliakan ayah mereka.

Sungguh teman, kita-lah yang diberikan keagungan oleh Allah SWT ...

P.S : Teruntuk teman sma-ku Ratna Juwita; teman semasa di UE Ratna Sari Dewi; teman kuliah pasca Nadya Nitiswari; dan teman di skul Nawwira Kifliyah

dan untuk semua teman yang pernah hamil, ingin hamil, sedang mengusahakan hamil, ingin hamil lagi dan semua wanita lah pokoknya.

Hanya kesabaran-lah yang kita punya ...

0 komentar: