twitter


hi guys ..
Yah .. emang sih dari sekian banyak bahasa di dunia ini saya baru bisa 5 bahasa, yaitu :
Sunda = fasih
Indonesia = fasih lah
Minang = cukup fasih (sering denger soalnya my hubby adalah org bukittinggi)
Inggris = ehem .. fasih
Prancis = well ... cukuplah .. (jarang dipake he... he..)

Nah, meskipun begitu saya tuh emang orang bahasa banget. Verbalitas saya tinggi. Saya punya obsesi sekarang pengen bisa bahasa Jerman. Mudah-mudahan kecapai, amiin.

Banyak orang menganggap belajar bahasa (terutama bahasa asing) tuh susah. Padahal engga banget. Buat saya mendingan belajar grammar 3 tahun tibatan dibere 10 soal matematika .. (ya Allah .. dendam dendam teuing nya sama pelajaran yang satu ini ..)

Kesulitan yang dihadapi orang-orang dalam belajar bahasa asing terutama dipengaruhi oleh gaya pengajaran dari guru yang melulu teori/rumus. Padahal language is to be spoken. Bahasa tuh bukan kumpulan rumus yang harus dihapal trus nanti dilatihkan, no .. hell no !! (maaf .. ini saking bersemangatnya) bahasa WAJIB dipraktekkan .
Ayo kita mulai dengan langkah-langkah menguasai bahasa asing :

1. Create the environment - ciptakan lingkungan
mulai misalnya dengan membaca buku-buku yang ada inggrisnya, sekarang banyak buku cerita yang pake sistem bilingual : di dallamnya cerita disajikan dalam dwibahasa.
trus, bagi yang hobi nonton film barat bagus tuh, mulailah dengan mengganti subtitle di dvd ke dalam ENGLISH, biarin lah banyak ga ngerti juga nanti lama-lama terbiasa juga kok .

2. FIND CHATTING PARTNERS - cari temen ngobrol
penting nih!! ini mungkin poin terpenting buat kita dalam belajar bahasa inggris. Teman berbicara nantinya akan ikut juga membetulkan kalimat kita atau memberikan ide-ide. Kalo susah dapet temen ngomong, cobalah pengalaman saya : ngomong sendiri di depan kaca atau membaca novel inggris dengan suara dikeraskan sekalian melatih pronounciation - pengucapan.

3. LISTENING TO MUSIC - ayo bernyanyi!
setelah ngomong, cara ampuh selanjutnya dengan banyak mendengarkan. inget ga ortu kita dulu ga pernah ngajarin grammar kan tapi langsung ngajak kita ngomong dari sejak balita, jadi kita meniru dari mendengar.

hmm .. sisanya silakan dipikirkan sendiri, karna banyak juga orang yang belajar dengan cara yang berbeda. Ada teman saya yang rajin sekali baca kamus, dan mencatat setiap kata menarik yang ia temukan, untung aja kamusnya ga dia bakar trus dimasukin ke kopi ..
Harus diakui ada dua cara PALING AMPUH untuk menguasai bahasa asing :
PERTAMA - tinggal di negara tempat bahasa itu dipakai (luar negeri lah) tanggung deh, dari asalnya ga bisa pisan bisa jadi was wes wos.
KEDUA - menikah dengan orang sana. Anggun si penyanyi itu sodara-sodara, bahasa prancis lebih bagus dibanding saya dan teman-teman satu angkatan digabung, padahal kami belajar grammaire prancis 5 tahun sampe jungkir balik saking susahnya.

overall .. saya ucapkan selamat pada kalian yang sedang atau akan belajar bahasa asing .. Bon a change !!




Ini adalah lanjutan cerita saya mengenai tes guru di tempat saya ngajar (yayasan asih putera). Dari pagi sampai siang tadi diselenggarakan tes inggris lisan, tahfidz dan tilawah serta tes komputer, semuanya ada 160 applicants.
Secara naluriah saya selalu excited untuk bertemu dengan orang-orang baru. It's fun to find out about people's ideas and toughts. Padahal beberapa teman saa mengeluhkan betapa lamanya saya mewawancarai para pelamar (saya ngetes kemampuan inggris mereka), he .. he .. biasaaa .. sagala diomongkeun.
Dari sekian banyak yang saya wawancara, ada beberapa orang yang entah tak tahu tentang etika atau saking gugpnya, mereka tetap memakai jaket ke dalam ruangan padahal saya lihat di baliknya mereka memakai kemeja rapi, bahkan ada yang berdasi. Setahu saya, umumnya orang kalo masuk ruangan wajib membuka jaket dan topi karena sering dianggap tak sopan.
Tapi ada satu orang yang aneh bin ajaib. Dia tak hanya berjaket tapi juga menggendong tas ranselnya seperti astronot yang siap melayang ke bulan. Di akhir wawancara akhirnya saya bilang ke dia, "Next time if you get interviewed, please open your jacket ..." sontak dia hendak membuka jaketnya. Yeee .. telat atuh kang ..
Trus yang lucu lagi, pertanyaan pertama selalu saya buka dengan :

"Please, tell me about yourself .."

Dan hampir semuanya sekitar 98 % akan menjawab dengan :
"My name is ... i was born in ... on ... in 19.., I have ... brothers ... i have ... sisters ... etc.
Well okay .. tapi akan lebih catchy sebenarnya jika mereka langsung menceritakan tentang diri MEREKA saja, ga usah pake embel-embel segala disebutkan. Bagi saya mungkin perkenalan seperti itu sangat sangat common. biasa banget. Padahal tujuan wawancara adalah untuk membuat si pewawancara terkesan. Apa salahnya kalo langsung mengatakan :

"Hi, i am irma. i am 29 years old. i am smart, and willing to work hard. i can speak in four different languages (two of them are native languages), i am here to show you all i have and i am sure you're going to love me. is there any question?"

weiss .. keren ga tuh? Bikin orang penasaran kan ...??
Saya jadi inget dulu pernah ngelamar ke sebuah lembaga kursus. Pada saat wawancara (seperti biasa) saya banyak omong, mungkin juga keterima karena pewawancara udah bosen denger saya ngomong terus ..
Nah mereka mengajukan satu pertanyaan :

"Are you ready for new challenge?"
Langsung saya jawab : "Yeah sure, as long as it has shape ..
Si pewawancara jadi ketawa. Saya juga ikut ketawa. Akhirnya keterima deh.

Nah, jadi aturan pertama : BUKA JAKET DAN JINJING TAS ANDA, JANGAN DIGENDONG. aturan kedua : JANGAN TERJEBAK DENGAN STEREOTIPE YANG UDAH UMUM, BE CREATIVE!

Kemudian saya meminta mereka untuk memberikan nilai kepada diri sendiri dengan rentang 1 sampai 10. Banyak yang malu-malu dan seolah mengatakan ga pantes lah menilai diri sendiri, takut sombong, ntar anggapan kita ga sama dengan orang lain, ...
Padahal saya pikir kita semua HARUS BISA menilai diri sendiri. Buat apa? Yah, supaya kita punya daya tawar dong. Kalo kita dari jurusan Ekonomi, misalnya, kita harus bisa memberi nilai berapa bagus kemampuan ekonomi kita ...
Memang sih, susah-susah gampang. Kadang ada juga orang yang ketinggian menilai diri sendiri. Ngerasa nilai 9 padahal sebenarnya kemampuannya pantas dihargai dengan 9 terbalik. Atau banyak juga yang ragu memberi nilai tinggi padahal punya kemampuan mumpuni.

However, ini sebenarnya bisa dilatih dengan terus meng-upgrade diri. Pertama, kita lihat dulu apa keahlian kita. Saya dari jurusan bahasa Prancis. Saya mesti tahu bahwa anak bahasa tolak ukurnya biasanya dari speaking-nya, nah saya tahu standar ngomong orang Prancis tuh kayak gimana (Ga terlalu ngebuka mulut tapi muncrat kemana-mana en cepet banget), setelah tahu saya akan mempraktekkan bahasa Prancis saya. Mungkin setelah itu dengan bantuan saran dari teman, saya akan memposisikan kemampuan bahasa saya misalnya di angka 7. Nah setelah itu, sayya wajib meng-upgrade diri. Belajar lagi. nanti hasilnya dibandingkan dengan yang pertama (di-compare juga dengan orang lain) dari situlah saya bisa menilai kemampuan saya sendiri.
Sama juga dengan skill yang lain. Jika anak matematika yang pinter itu maksimalnya harus bisa menguasai sampai integral misalnya (sori kalo salah ya bu anggun, aku asal ngomong nih ..) maka jika kita udah bisa, kita boleh-boleh aja memberikan nilai untuk kita sendiri 9 misalnya.
berarti aturan ketiga :KENALI POTENSI DIRI, REALISTIS DAN PERCAYA DIRI

Terakhir, banyak dari mereka yang memang kurang dalam conversation. Itu saya maklumi karna hanya sedikit sekali orang Indonesia yang mempraktekkan bahasa inggris full sehari-hari. Tapi saya amat menghargai mereka yang mau ngejawab aja kayaknya susah gitu .. ampe keringatan, tapi terus berusaha, biarpun jawabannya pake inggris gaya tarzan, daripada mereka yang kemudian menyerah dan memutuskan untuk menjawab dalam bahasa Indonesia atau lebih parah lagi, ga mau ngejawab.
Tapi saya acungi jempol bagi Anda-Anda yang bukan dari jurusan bahasa Inggris tapi kemampuan Anda bagus!!!
Dan bagi beberapa anak inggris, saya terpaksa harus kecewa (lagi-lagi kecewa tepatnya) karena Anda termasuk sarjana lulusan pendidikan bahasa inggris/sastra inggris yang kurang bisa berbahasa inggris. Serius loh .. tolong dong belajar 4-5 tahun tuh ngapain aja? Anda kan harus mempertanggungjawabkan gelar yang sudah diberikan kepada Anda.

Fiuuh .. emang miris yah liat kenyataan banyak sarjana yang tak dapat menjelaskan/mengaplikasikan ilmunya sendiri.

Yah pokoknya kalo saya diminta menilai kemampuan prancis saya sekarang harus saya akui bahwa saya hanya bisa ngasih 7 saja. Dulu, saya termasuk fasih dalam bhs ini, tapi karena (ehem .. beralasan) jarang sekali dipakai, yah gitu deh ..
kalo kemampuan inggris saya ?? Ehm ... 9,6 (jeung gepuk ... :)
kemampuan ngomong?? so pasti ... 10+ dong ...
ga boleh protes ya sama nilai saya he .. he .. hatur nuhun ah


Yayasan tempat saya mengajar untuk kesekian kalinya buka lowongan untuk tenaga guru en pustakawan. Namanya juga sekolah oke (ehem ..) masuk jadi gurunya juga susah dong. Total jenderal, para calon guru baru harus melewati 7 tahap tes. Nah, kali ini ada sekitar 600 orang pendaftar. Tes mereka yang pertama diantaranya adalah kemampuan berbahasa Inggris lisan dan tulisan. Kemarin sudah diadakan tesnya yang pertama. Sekarang di tangan saya sudah ada ratusan lembar jawab bahasa Inggris yang harus saya periksa. Kebetulan saya yang diamanahi untuk membuat soalnya. Soalnya saya buat hanya 5 pertanyaan saja ditambah satu teks yang harus mereka pahami, itupun teksnya anecdote. Saya harap hanya dengan 5 soal itu mereka bisa menunjukkan kemampuan was wes wos mereka meski hanya lewat tulisan dulu.
Namun apa daya sudah sekitar 100 lembar yg saya periksa (istirahat dulu bentar pas nulis ini), tak sampai 10 orang yang saya acungi jempol kemampuan inggris tulisannya. Mohon maaf bukan berarti saya underestimate, cuman untuk ukuran lulusan S-1 (syaratnya begitu) saya pikir seharusnya semua orang bisa lah berbahasa inggris yang sederhana-sederhana aja mah. Masak sih belajar dari SD sampai lulus kuliah sampai tidak bisa memperkenalkan diri dalam bahasa inggris simple (malah ada yang kertasnya kosong melompong, entah lupa atau ketiduran pas ngerjain atau emang ga ngerti sama sekali).
Saya jadi inget bos suami saya dulu. Namanya Mark. Orang Inggris. walopun doi orang Inggris tapi kemampuan bahasa Indonesia-nya malah lebih bagus daripada para pegawainya yang orang lokal semua. pas giliran dia ngomong inggris, waah menggumam pun kedengarannya indah banget. Nah, suatu hari dia berkeliling bandung sendirian. Di suatu jalan, ia dihentikan oleh pak polisi. karena memang ga punya SIM, akhirnya dia berlagak tak bisa bahasa Indonesia dan terus nyerocos dalam bahasa Inggris. walhasil, pak polisi pun garuk-garuk kepala (tapi ini hanya dalam imajinasi saya aja, aslinya sih ga tau ekspresinya kayak gimana) dan mempersilakan Mark untuk melanjutkan perjalanan. meskipun pengalaman ini kemudiaan jadi public joke di kantornya, tappi bagi saya ini memalukan sekali. Kebayang kalo bule yang lewat sebenarnya adalah penyelundup narkoba atau serial killer, dan kemudian dibiarkan bebas karna ga iso bhs inggris, walah .. walah ..
Nah, kembali ke masalah tes guru tadi, meskipun inggris bukanlah satu-satunya tolak ukur kemampuaan seseorang, tapi saya pikir di era global kayak gini, tiap hari berhubungan dengan yang namanya technology, yang hampir semuanyaa dalam bahasa Inggris, keterlaluan lah orang masih ga ngerti-ngerti wae mah.
Ga percaya? Liat aja aplikasi microsoft window. Ada gitu yang disajikan dalam bahasa indo? View jadi LIHAT misalnya. atau download = mengunduh. kan kita lebih familiar dengan bhs aslinya. Perhatikan aja ketika orang bercakap-cakap.
"Aku belinya di konter (=counter) kaset lho .."
"Kamu udah liat treiler (=trailer) film yang baru itu belom?"
"Cowok kamu kiyut (=cute) dech .."
Tuuh kan .... hampir semua percakapan kita sekarang didominasi oleh bhs inggris, terutama.
Emang sih jaman saya sekolah dulu waktu SD (1985-1991) belom ada pelajaran bahasa Inggris. cuman saya aja yang nyeleneh belajar inggris mulai usia 6 tahun, karna ibu saya dulu kerja di luar nagreg, jadi saya sering dikirimi buku-buku berbahasa inggris dari luar.
pelajaran bahasa inggris baru saya terima secara formal di kelas 1 SMP. itupun gurunya killer dan terus2an mengajar grammar, 16 tenses yang bikin mual. okelah masih wajar untuk orang-orang seangkatan saya (kelahiran 1970-1979). tapi kalo untuk generasi setelah itu, ketika bahasa asing sudah diperkenalkan dari kecil (TK aja sekarang udah mulai belajar) harusnya sudah ngeh dengan bhs asing.
apalagi untuk seorang sarjana S-1 (tadi saya juga meriksa ada yang lulusan s-2 dan ia saya kasih nilai 66 saja), gimana mau eksis di dunia pekerjaan, apalagi sekarang di sektor manapun orang pasti ketemu dengan bhs asing, minimal bhs inggris. Menjadi guru non inggris pun sekarang dituntut untuk menguasai bahasa asing dengan digembor-gemborkannya kelas 'bilingual' dan sekolah berstandar internasional. kecuali kalo Anda mau jadi guru yang biasa-biasa aja.
yah, emang itu bukan berarti bhs ing adalah segala-galanya. tetap aja, akhlak nomor 6. yang nomor satunya syahadat, 2 sholat, ...
yah saya juga bersyukur sih jaman saya tes masuk sekolah saya yang sekarang ga aga tes matematika, kalo ada, matilah ...


yah nyambung dari perkenalan. sekarang saya mau cerita soal keluarga. saya menikah di usia yang cukup muda. lagi imut2nya. 21 tahun (untung ga 12 tahun, kalo ga .. didatengin Kak seto deh ..) masih kuliah pula dan tanpa proses pacaran. insya Allah berniat membangun keluarga sakinah ma waddah wa rahmah. amin.
nah, itu terjadi hampir 9 tahun yang lalu (it feels like seconds though) kami sekarang punya 3 anak cewe yang lucu-lucu. yang pertama : Tazkia Kamila Saffanah Irsyad a.k.a Kaka, lahir 3,4 kg panjang 52 cm. yang kedua Fathima Nuri Azizah Irsyad a.k.a Uni, lahir 3,3 kg panjang 52 cm. ketiga Aisha Haunan Muthmainnah Irsyad a.k.a Ade, lahir 3,9 kg panjang 54 cm.
nah, setiap kali orang bertanyaa : "Anaknya perempuan semua ya?" biasanya mereka akan menyambungnya dengan : "Duh .. sabar ya mudah2 an yang ke-4 laki-laki, " atau yang lebih ekstrem :
"Teh, udah coba teknik ****** belum ??"
"Diprogram atuh ke dokter ****.."
"Posisinya kali kurang tepat..."
dst, dll, etc.
saya suka mikir : PLISSS dech ..... emang saya yang berkuasa menentukan cowo apa cewe-nya? emang segala rupaa terapi ato program itu bakalan jadi jalan? lagian ... hey! i am happy with it.
saya suka gemes. meskipun saya ngerti adat di kita suka mentasbihkan kalo yang ideal itu punya anakk dengan 2 jenis kelamin : cewe & cowo.
tapi tidakkah mereka sadar kalo Allah-lah yang maha Tahu. Dia yang tahu mana yang terbaik buat saya dan suami. seperti juga mana yang terbaik buat orang2 lainnya.
bukan berarti saya ga kepengen anak cowo, cuman saya dan suami emang jenis orang yang ingin belajar qona'ah : menerima segala ketentuan Allah. toh punya anak cewe 3 kalo semuanya sholehah kan dahsyat!!
so once again people : Anakku 3 semuanya perempuan, aku bahagia dengan mereka, SO WHAT??