twitter


Saya tidak suka binatang. Kalo hanya sekedar lihat di discovery channel atau planet animal sih ga masalah. Tapi kalo ada binatang di rumah .. saya stress. Dan salah satu 'domestic animal' yang paling saya benci selain kecoa adalah: TIKUS.
Dari smua rumah kontrakan yang pernah saya tinggali sejak menikah rata-rata ada tikusnya. Biasanya sih berkaitan dengan kondisi rumah yang memungkinkan adanya 'akses' bagi si tikus.
Tapi tak ada yang lebih mengerikan dibanding ketika saya ngontrak di daerah kandang uncal, cimahi. Benar-benar rumah yang sangat bermasalah. Saya pernah kebanjiran lebih dari tiga kali, bocor dimana-dimana, hilang motor jupiter MX dan itu tadi: beurit ...
Si tikus ternyata masuk dari kamar mandi yang jendelanya bolong di atas, nerekel lewat paralo n. Ketika bongkar2 rumah, pembantu saya pernah menemukan 8 anak tikus (bayangin, delapan boo ..) ada di dalam lemari dapur. Anak tikus yang baru lahir, hiiiii ... saya mah ga berani lihat. Untung aja si pembantu itu jagoan, dia termasuk cepet dalam memburu tikus.
Karena akses yang terbuka itu, walhasil satu-satu tikus-tikus dari luar berdatangan ke rumah saya. Dan saya stress. Hampir tiap malam ga bisa tidur. Karena pasti banyak tikus berlarian kesana kemari. Mirip playgroup tikus.
Itu baru tikus. Satu lagi, rumah tersebut bersebelahan dengan gang senggol. Kebetulan kamar saya pas di sebelah gang sempit itu. Mungkin karena dindingnya tipis atau gimana, jadi semua aktivitas yang dilakukan orang yang keluar masuk gang, sayaa pasti denger. Yang paling jijay, banyak sekali orang lewat yang buang ingus, dahak atau meludah. Suaranya itu loh ...
jijay bajay .. najis buncis ..
Belom lagi yang lagi pacaran. Kata-kata cinta bertaburan ketika saya sedang membaca. Sontak kening ini berkerut, karena kata-katanya norak banget, coba deh lihat:
"... Kan kita udah lama kenal .. (menarik napas) jadi ... aku pengen .. kita teh .. (narik napas lagi)
(disusul si ceweknya cekikikan) emh .. aku .. mau ga kamu jadi pacarku?"
Fiuuuh ... selain kening berkerut, rada deg-degan juga dengernya. Jadi pengen ... NENDANG!!!!!
Yah kembali ke soal tikus, ketika kami mendapat rumah di tanimulya ini, saya sempat berbangga karena saya yakin ga ada tikusnya. Wong .. rumah baru kok, pengaturannya juga lumayan, masa sih ada tikus ..
kemudian kami mengontrak rumah sebelah kanan karena mertua saya akan tinggal di situ. Dibuatlah pintu penghubung antara dua rumah ini.
Berhubung rumah sebelah sudah lumayan banyak bocor dan saya rasa ada akses masuk yang belum ketauan sampai sekarang, jadilah di rumah saya ada tikus sekarang.
geuleuh-nya itu tikus, tikus anak-anak. Kemaren suami saya sudah berhasil menangkap dua ekor (bener-benar ekornya dipegang oleh si abi, ampyunn ...) eh ternyata pagi ini ketika saya beberes di kamar, ada satu lagi ngeloyor dari kamar saya ke kamar anak-anak.
Gusti ... jadi ada berapa anak tikus di rumah ini?? Dan saya ga sanggup ngebayangin dimana gerangan si emak-nya?? Tak usahlah memikirkan sang ayah, karena yang saya tau tikus atau kucing betina semuanya bitch (maaf ya tikus dan kucing), bisanya cuma bunting, ngelaahirin trus nyari cowok baru lagi.
Yah, kalo diterusin nanti saya malah ngomong panjang lebar tentang pola interaksi sosial tikus lagi.
By the way on the way busway,
ieu beuritna kumaha atuh?????????


"You took me right out of the blue ..
simply by showing that you love me too
only by giving me your everything ..
with the love so true .."

- Out of the Blue by Michael Learns To Rock -

this is my true feeling about someone ..

I guess you know who ..


The desire to force one's ego has begin since the very first human created.
And the same desire is what I saw this day. This virus, if I can call it, spread like a yawn and absorb human like some contagious cancer.
Today I sense this kind of phenomenon among my friends (and maybe me?).
And I sighed. Fiuuuh ..
What a still long journey ..


The following is kinds of friends in my life, they probably also appeared in yours.
1. An easy-going, joyful lover
this one often appeared as long as I live. And I feel most suitable with this kind of friend. They will accept you just the way you are, laugh with you (this is very important for me) and they are easily doing crazy things. Once, I had a friend at junior high. She was fun and talk active. She used to lead her boy-friends in reading porn-books. Nuts, huh??

2. A very serious non talking friend
Have you ever had this kind of friend? They don't talk much, they like to smile when you talk to them and they only share tiny bits of their secrets. Oh yes, they are boring sometimes but they often remind you not to talk too much too!! What a contradiction.

3. A childish friend
This one is rare, actually, but they exist. They saw world from different point of view. They will pop up some 'strange ideas' in any place. But you will find that they are fascinating, to be laugh at (haha), they usually needed your guidance to know more about 'real world' (it doesn't mean that grown-up persons know everything).

4. A severe hard friend
This one always 'bark' in any place. Anytime. They usually angry at the very first time and thought later. Fuuh .. yeah I know they usually the kind of friend you will avoid. But to tell you the truth, this kind of friend is probably the most honest friend you have, cause they will tell you the truth right away.

5. A bizarre hard-to-understand friend
This one will make you confuse and in the end .. furious. They have their own things, totally different from others. But they are original, very pure. They don't want to get influenced by anything .. See why I thought they are original?

6. A very kind angel-heart friend
Well, this kind of friend will take you for granted. Whatever you are and how stupid or areless you are, they will still open their arms for you. This one is rare, of course but not hard to find.

So .. what kind of friend are you, my friend?


wuah .. alhamdulillah cape seharian setelah mengajar.
Di sebelah saya duduk manis Fitri. Dia adalah guru matematika. Sama gadungannya dengan saya. Soalnya beliau dari teknik industri yang nyasar pengen jadi guru. Biar masuk surganya nanti lewat jalur prestasi (halaah)
Fitri orangnya simpel. Ga pake telor dan ati ampela (emang bubur ayam??!). Dia sukanya senyum-senyum ga jelas gitu, dan tertawa ngakak pada setiap kesempatan. Hatinya baik dan tidak sombong. Saya juga yakin dia rajin nabung. Memang hebat ibu kita yang satu ini.
Fitri sudah pindah tempat. Sekarang di sebelah saya ada ibu Murwulan Iromasti. Ajaib kan namanya?? Saya yakin hanya dia makhluk satu-satunya, minimal di cimahi yang punya nama seperti itu. Wulan ke sekolah make motor mio baru, warnanya hitam. Kalo lihat beliau naik motor pasti kita terpesona dibuatnya, yang pertama karena dia memang cantik, yang kedua : palaur labuh. Gusti ...
Yang sebelah kiriku, adalah salah seorang teman kami yang paling produktif nge-giling. Namanya Anggun Oktari. Usianya paling muda. Anggun orangnya cewawakan. Ga bisa diem, maklum batre cadangannya banyak banget. Paling banyak batrenya disimpen di pipi. Begitu jelas kita melihatnya.
Yang paling jutek diantara kami masih dipegang rekornya oleh Nawwira Kifliyah. Entah sudah berapa banyak lelaki yang ia jutekin. Keterlaluan memang. Padahal ia cantik (ini kata teman saya loh, saya sih ga tega bilangnya). Ira, panggilannya : adalah pebisnis paling sukses diantara kami. Dari mulai jualan pulsa ampe stiker disikat abis. Biasalah kalo masih keturunan bani israil kan mencontoh sunnah Rasul, menjadi pedagang !!
Erika Nurlaela adalah teman yang berikutnya. Ngajar kimia. Kimia pasti ga jauh-jauh dengan kesan lieuuur! Erika sih orangnya ga lieur tapi anak-anak yang lieur dibikinnyaa. Haha secara, kimia getoo ..
Kalo Anggun adalah yang paling muda, yang paing kecil adalah Rina. Lengkapnya Rina Nurlaelasari. Ngakunya sih Rina imoet. Kami sebetulnya ga terlalu setuju tapi mau gimana lagi, dianya udah nempel-nempel stiker imoetnya itu di atas laptopnya. Rina mengajar WID. Wawasan Islam dan Dunia. Dunia mana aja, yang fana maupun tidak.
Anneu Suswati berasal dari Tasikmalaya. Dari kampung memang. Dengan gosip dan pengetahuan yang sangat 'aheng'. Anneu biasanya hadir dengan banyak cerita dengan bumbu sana sini, dan biasanya ceritanya original banget. Anneu orangnya agak sinis, puitis tapi ga autis loh. Hanya satu ambisinya di MA, yaitu mengajar geografi!!!
Ika Puji Lestari orangnya keras, suaranya nge-bas. Ga pengen hidup bebas atau berkelas, halaah. Bu Ika kelihatannya menikmati jadi guru biologi. Dan dia guru biologi paling cantik. dan sholehah, memakai jilbab. Soalnya yang satu lagi kelihatannya belum insyaf buat berhijrah.
Bu Nurma Gerhanawati mengajar bahasa Indonesia dan sekaligus asisten kurikulum. Dari namanya saja kita sudah bisa menebak bahwa beliau lahir pada saat tsunami (salah ya?). Bu Nurma sih ga terlalu banyak omong. Sukanya ngetik. Kalo ngomong irit banget. Maklum dalam bahasa Indonesia kan diajarkan bagaimana membuat kalimat efektif.
Yang bertugas memegang keuangan adalah Novie Suwandani. Orangnya cantik dan baik hati (bisi teu gajian sayah). Selain mengurus fulus beliau menjadi jawara yang mengajar debus. Kalau sudah teriak, rasanya daun-daun berguguran dan pohon-pohon bertumbangan (lebay ini mah), maklum mungkin beliau harus selalu menahan diri menghadapi customer dengan senyuman, jadi smua kreativitasnya tertumpah saat menyuruh anak-anak supaya bergegas. yang paling terkenal dari bu Novi adalah :
"Ayo .. ku ibu dihitung .. satu! dua ..."
Yah begitulah teman-teman saya di sekolah. Kali ini saya ceritakan yang bagian cantik-cantiknya. Lain kali golongan pemakan nasi ukuran 1 1/2 yang bakal saya ceritain.
see you ..
(nih gara-gara banyak banget yang telat jadi weh nungguna lila ..)


Hari minggu pagi, saya mendapat sms dari teman-teman di sekolah. Seorang keluarga yayasan meninggal dunia karena db. Alkisah, almarhumah sedang mengandung anaknya yang pertama, berusia 7 bulan. Ia adalah menantu dari salah seorang pendiri yayasan tempat kami bekerja.
Hati saya menjadi pilu. Selama beberapa menit saya tercenung. Sungguh, meski kematian di usia muda bukan yang pertama saya dengar, tak urung saya merasa ngeri. Dulu, ketika kecil saya selalu beranggapan orang yang meninggal adalah orang yang sudah tua atau sakit-sakitan. Ternyata tidak. Tak pernah tahu kita kapan malaikat izrail menjemput.
Saya lebih haru lagi karena mengingat almarhumah baru setahun menikah dengan suaminya. Bahkan hari ini adalah ulangtahun pernikahannya yang pertama. Ah .. pasti berat rasanya. Saya saja yang tahun ini genap 9 tahun menikah, merasa tak terbayangkan jika kehilangan pasangan hidup.
Kematian pertama yang hinggap di memori saya adalah tahun 1991. Waktu itu saya kelas 1 smp. Yang meninggal adalah om saya. Dia seorang perwira polisi yang terbunuh ketika bertugas di Aceh sana, pertama kali adanya GPK (sekarang dikenal dengan GAM).
Om Mat (panggilan saya padanya) datang sudah di dalam peti mati. Tante saya tergugu, pilu. Ada tiga anak kecil yang ditinggalkannya, sepupu-sepupu saya, masing-masing 5, 3 dan 1,5 tahun. Saya waktu itu hanya sempat merasa sedih sebentar mengingat nasib anak-anak itu. Saya sedih, tapi mungkin masih dalam frame-mind seorang anak kelas 1 smp.
Kematian berikutnya saya terima kabarnya di SMA. Salah seorang teman SMP saya meninggal karena kecelakaan mobil. Saya dan teman-teman tersentak. Rasanya baru kemarin kami masih bercanda. Salah seorang teman saya nyeletuk,
"Gimana ya ma, mangkaning si R*** teh dulunya ga pernah sholat .."
Kami berempat tercenung. Dan akhirnya bertangis-tangisan, memikirkan almarhumah. Akankah ia masuk surga?
Di kelas 3 SMA lagi-lagi salah seorang teman sekolah lebih dulu meninggalkan kami. Ia akhirnya harus menyerah pada penyakit leukemia. Beramai-ramai kami pergi melayat ke rumahnya. Ibu teman saya itu berkali-kali menangis keras melihat teman-teman anaknya.
Ketika di kuliah, saya dengar salah seorang kenalan saya, anak jurusan bahasa inggris juga meninggal karena terserang malaria. Waktu itu saya merengutkan kening. Malaria? kok bisa??
Yah, ternyata bisa. Malaikat Izrail sudah keburu datang menemui teman saya.
Yang paling menyakitkan adalah ketika nenek saya meninggal tahun 2007 lalu. Saya waktu itu tak setetespun bisa mengeluarkan airmata. Entah kenapa. Bukan karena tak sedih.
Saya dari kecil diasuh oleh emak (panggilan saya untuk nenek). Dimandikan, diceboki, disuapi. Ketika emak terbaring sakit selama lebih dari dua tahun, saya merasa mati. Sungguh saya merasa menyesal karena belum bisa membahagiakannya hingga ia meninggal. meski setiap kali bertemu ia senantiasa menyatakan rasa bangganya pada saya yang telah sempat ia saksikan hingga pernikahan saya dan kelahiran anak-anak sayaa.
Saya sendiri tak ingat kenapa saya tidak bisa menangis waktu itu. Padahal sekarang, melihat seorang nenek renta saja airmata saya pasti tumpah. Masih terbayang sosok emak dengan jelas. Bagaimana dari kecil sampai dewasa ia tak putus-putus menjaga dan mendoakan saya. Masih teringat nasi goreng buatannya yang ia buat untuk sarapan saya. nasi goreng yang penuh vetsin dan bawang goreng. Khas nini-nini, kata teman saya. tapi bikin saya kangen.
Yah, kembali ke masalah kematian, memang yang ini tak bisa kita hindari.
Tak mungkin ketika malaikat Izrail datang trus kita tawari perpanjangan waktu (emang pertandingan basket) ..
Tak ada seorang koruptor pun di muka bumi ini yang sepertinya bisa menyuap izrail.
Ketika ia datang, maka ya sudahlah, pasrah saja kita.
Tak ada kekayaan, ketampanan, kecantikan, kepopuleran yang dapat menjauhkan kita dari pertanggungjawaban hari akhir nanti.
Ya Allah .. kalau mengingat itu malu rasanya diri ini. Amal ibadahku Ya Rabb, Engkau mengetahuinya.
Apa yang akan hamba jawab nanti jika malaikat munkar dan nakir bertanya :
"Man Robbuka??"
Bukan masalah bahasa arabnya yang ditanyakan. Kalo masalah itu mungkin saya sudah ngambil intensif bahasa arab.
Bukankah amal hamba nanti yang akan menjawabnya?
Duh Rabb .. akan menjadi apa perjalanan hamba kelak?
Seperti kata Pa Dadan, salah seorang teman hamba di sekolah :
"saya mah masuk surga nya lewat jalur prestasi aja."
jadi Ya Rahman .. hamba punya prestasi apa yang dapat mengaburkan segala dosa dan nista ini?
Ampuni hamba Ya Ghofur ..



Seorang anak Mts Asih Putera, Armando, menulis sebuah pantun ketika diminta oleh guru. Sebenarnya tidak begitu tepat dikatakan sebagai pantun, tapi beginilah bunyinya:
"Jika cinta mudah dimengerti, semua masalah pasti akan terjawab .."
Sederhana tapi bermakna. Dalam sekaligus berarti sangat luas.
Ini kata-kata seorang anak kelas 7. Bukan kata-kata seorang dewasa yang sudah pernah merasakan cinta. Ado (panggilan sayang - Armando) mungkin bahkan belum ngeh dengan apa itu cinta (kadang orang dewasa pun bingung dengan definisi kata yang satu ini) tapi kata-kata Ado bisa membuat saya terbahak (awalnya) dan merenung dalam (akhirnya).
Cinta tidak mudah dimengerti. Mungkin memang begitu. Cinta seringkali disalahartikan oleh banyak orang, mungkin karena memang tak ada yang dapat memahaminya.
Seorang pemuda yang sedang dimabuk cinta nekad bunuh diri ketika diputuskan cinta oleh sang kekasih. Seorang ibu yang sangat mencintai anaknya rela melakukan apa saja untuk sang belahan jiwa.
Seorang yang sangat cinta dengan Rabb-nya bahkan rela meninggalkan kehidupan dunia. Seorang seniman yang sangat mencintai dunianya bahkan rela dicap 'aneh' oleh lingkungan sekitarnya.
Ah, cinta memang tidak mudah dimengerti.
Atas nama cinta, seorang kerabat saya tetap berusaha meluluskan setiap permintaan anaknya, meskipun di mata saya sang anak adalah anak durhaka karena jelas-jelas ia membangkang ibunya.
Atas nama cinta banyak pasangan belum menikah yang melakukan hubungan intim yang jelas-jelas tak diharamkan agama.
Atas nama cinta kepada anak istri banyak kepala keluarga yang melakukan korupsi.
Rasanya jika cinta sudah melekat, semua hal menjadi mungkin. Semuanya menjadi feasible. Boleh-boleh saja. Kalo kata Jamal Mirdad:
"Kalo cinta sudah melekat, tai kucing rasa coklat ..."
Cinta tak mudah dimengerti.
Mengertikah kita jika dulu ketika kita remaja, kita mulai naksir seseorang? Darimana datangnya rasa itu? Mengapa harus dia?
Mengertikah seorang ibu bahwa anak yang susah payah ia lahirkan, kemudian kelak menjadi anak durhaka?
Tapi jika cinta mudah dimengerti, semua masalah pasti terjawab.
Rasanya jadi rasional.
Benarkah?
Jika cinta rasional, seorang kekasih yang banyak mengorbankan waktu, tenaga dan uang demi belahan jiwanya pasti akan menghitung ulang semua untung rugi yang telah ia keluarkan.
Jika seorang ibu menyadari kelakuan bejat anaknya pasti ia akan berhenti mencintai anak itu. Buat apa? Tidak logis kan??
Tapi memang cinta tak bisa rasional.
Cinta bukan matematika. Atau fisika. Dua pelajaran yang tidak saya sukai karena menuntut banyak rasionalitas dan logika.
Cinta juga bukan bahasa. Yang mudah saja mengalir. Membentuk kata, puisi, jutaan prosa.
Cinta bukan ilmu sosial. Yang hanya harus dihapalkan. Runutan kejadian per kejadian.
Cinta memang tak mudah dimengerti Ado, tapi karena itulah ia indah.
Ia indah karena ia tak bersyarat. Ia indah karena ia menghinggapi siapa saja. Tak kaya tak miskin. Tanpa melihat rupa. Mau yang cantiknya relatif sampai yang jeleknya mutlak.
Pun ia tak lekang waktu. Tak terbatas durasi.
Andaikan orangtua membatasi waktunya dalam mencintai anak, tak terbayangkan akan ada berapa milyar anak tersia-sia karena waktu mencintai telah habis.
Maka Ado, biarkan saja cinta tak mudah dimengerti. Meski ia tak selamanya menjadi pemecah banyak masalah.
Biarkan saja.
Yang menjadi masalah jika semua orang di dunia ini sudah lupa caranya mencintai.
Padahal Allah tak pernah lupa menyirami kita, manusia bodoh yang tak berakal ini dengan cinta. Setiap detik kita. Setiap tarikan nafas kita. Setiap untaian mimpi yang meninabobokan kita di malam hari.
Wallahu'alam.


Jujur saya tidak dapat menghilangkan perasaan ini. Apa ya?? Ga jelas juga. Semuanya kembali membanjiri diri ini sejak saya menemukan blog gadis itu .. gadis manis yang pernah muncul tiba-tiba dalam hidup saya.
well, sepertinya kita harus mulai dari awal yah.
OK, here we go ...
Ibu saya hanya pernah menikah 1 kali. Selama dua tahun. Tak lebih dan tak kurang. Menyisakan saya dan kakak. Sebuah masalah yang saya juga tak begitu paham (dari kacamata orang jaman sekarang) telah membuat saya tak pernah mengenal orang yang punya andil, yang telah membuat saya laahir ke dunia.
Dan begitulah ... masa kecil saya tumbuh tanpa orangtua, karena selepas saya TK, ibu saya memutuskan untuk mengadu nasib ke tanah orang karena beliau punya cita-cita mulia ingin kami menjadi 'orang'.
Tak perlu saya ungkap di sini penggalan-penggalan episode per episode masa kecil saya. Saya pernah bercerita pada beberapa teman dan cerita saya membuat mereka tertegun-tegun tak percaya. Memang saya telah melewati beberapa hal dan pengalaman yang belum tentu dialami orang lain.
Anyway, ketika kuliah saya mulai berdamai dengan diri sendiri. Saya pikir saya tak akan pernah bisa beranjak jika saya tak mulai melangkah. Akhirnya saya mulai belajar memaafkan semua orang yang pernah membuat hidup saya menderita. Saya belajar untuk mensyukuri apa yang Allah berikan, yang memang saya sadari, semuanya adalah tarbiyah dari Allah. Saya sekarang adalah orang yang kuat. Tidak cengeng. Semuanya hasil dari pengalaman yang Allah berikan.
Orang pertama yang saya fikirkan adalah ayah saya. Saya ingin berdamai dengannya. Bukan berarti kami punya masalah sebelumnya. Dia adalah orang asing dalam hidup saya. Tak pernah ada dalam hati ini namanya terukir bersama nama-nama keluarga dan teman-teman..
Saya waktu itu ingin berjudi dengan nasib. Apakah lelaki itu cukup berani untuk berhadapan dengan saya, masa lalunya? Walau ketika umur 15 tahun ia sempat menolak bertemu dengan saya.
Keikhlasan saya menang. Saya ambil sehelai surat dan menulis beberapa kata untuknya. Sekedar supaya ia tahu bahwa saya masih peduli. Juga agar is tak usah khawatir saya takkan memaafkannya.
Maka bayangkan betapa excited-nya saya ketika yang membalas bukan dia. Melainkan guratan tangan seorang gadis manis dengan senyum ceria dan binar mata.
Saya tertegun. Seumur hidup saya tak pernah merasa dekat dengan kakak saya. Mungkin pengalaman hidup kami telah membuatnya malah terdiam di sudut.
Maka si gadis ini kemudian mengisi hari-hari saya. Membaca berlembar-lembar suratnya membuat saya tertawa, menangis. Berhari-hari. Saya tak lagi begitu peduli dengan orang pertama yang saya surati. Saya hanya tahu gadis ini punya beberapa kemiripan dengan saya. Saya merasa bangga. Entah kenapa. Padahal mungkin bagi orang lain, punya saudara perempuan itu biasa. Bagi saya tidak. Selama 20 tahun hidup saya waktu itu, saya belum pernah punya teman perempuan yg bisa saya panggil adik, yang akan memanggil saya teteh.
Pun ketika akhirnya saya bertemu ayah untuk pertamakalinya. Di suatu siang di terminal Cicaheum. Berjabat tangan dengannya hanya menyisakan sesak selama beberapa detik saja. Setelah itu kembali saya mengkategorikannya seperti seorang asing yang baru pertamakali saya kenal. Aneh memang, tapi mau bagaimana lagi? Dia tak pernah ada dalam hidup saya. Dia tak pernah menyaksikan saya pertama kali masuk SD, menyandang tas sekolah baru dan sudah bisa membaca. Pun dia tak ada ketika malam-malam saya terisak karena merasa menjadi makhluk paling menyedihkan yang pernah ada. He is invisible. As simple as that.
Jangankan dia. Ibu saya pun tak pernah tahu apa-apa tentang saya.
Ketika saya menikah, dia tak ada karena tak ada yang merestuinya, saya masih asik aja. Ketika kami berkunjung sambil menggendong Kaka dan Uni mengunjungi rumahnya, saya tak juga bergeming. Saya hanya senang karena akhirnya bisa tahu rumah gadis itu dan adiknya, yang sampai sekarang saya belum pernah lihat.
Pun ketika ayah saya mencoba me-rewind kembali peristiwa puluhan tahun lalu ketika ia berpisah dengan ibu saya saat saya berusia tiga hari. Saya memotong kalimatnya. Saya tak ingin dengar. Saya tak mau harus mendengar versi yang berbeda dari yang ibu saya ceritakan. Saya muak. Muak dengan verifikasi orang-orang. Saya tidak mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Biarlah itu menjadi sisa kenangan saja. Tak Lebih. Saya tak mau berubah menjadi seorang sok tahu yang akan men-judge hanya dari cerita saja.
Maka tahun-tahun pun berlalu. Si gadis akhirnya berteman juga dengan kakak saya, lelaki dingin yang sampai hari ini tak pernah bisa saya pahami. Kabar terakhir yang saya tahu, gadis itu pergi menuntut ilmu ke negeri seribu kincir. Saya tak heran. Dia memang cerdas.
Saya sempat melupakannya. Kesibukan mengejar dunia memang sanggup menenggelamkan kita.
Sampai akhirnya saya iseng mencari namanya di search engine. Terdamparlah saya di blog-nya yang amat sangat dia banget.
Saya bersorak. Rasanya seperti menemukan kembali kepingan puzzle yang hilang. Semua tulisannya saya urai. Saya maknai. Dan saya pun terhempas ..
One thing for sure. She really loves her father. Our father.
Saya yang mengaku tak peduli. Saya yang tak pernah menyertakannya dalam doa birrul walidain saya tiba-tiba merasa ...
Saya marah. Ketika ia bercerita satu demi satu tentang lelaki itu. Saya kesal. This is outrageous!!
Kenapa orang yang dahulu kala pernah saya tanyakan dalam hati, yang saya tunggu kedatangannya ternyata adalah pahlawan gadis itu.
Ga bisa begini dong ...
Ketika ayah saya bisa mencintai gadis itu, batin saya menangis karena saya ingin diperlakukan serupa.
Why?
Saya sempat mengambil kesimpulan. Cynical conclusion. Just another lucky girl.
Jadi kemana perginya keikhlasan yang sudah terbangun bertahun-tahun dalamdiri saya?
kemana perginya segala tetek bengek : Je suis content!!
Akhirnya terpaksa saya harus berkesimpulan : Meski saya menolaknya selama ini, ternyata ia memang saya nantikan.
But well, ini bukan sebuah keputusan.
Saya tak mau keadaannya berubah. Hidup saya dan hidupnya jauh terpisah. Mungkin cara pandang kami pun tak sama. Biarlah seperti itu. tak usah ada yang berubah.
And i will be fine. Just fine.
Waktu akan menyembuhkan. This is just another episode. another scene.
Lihatlah saya.
Masih bisa tersenyum-senyum saat baca tulisan si gadis bintang.
Ga apa apa dek ...
Saya ikut menikmati hidupmu, meski se'aneh' apapun itu dibanding hidup saya yang simple and fun ini (hadaah ..)
Bagaimana dengan episode berikutnya??
Yah, kita lihat saja lah ...


Siang tadi .. saat saya lagi di perpus skul, ngelatih anak2 buwat lomba, tiba-tiba masuk sms yang berbunyi :
"Hi, how are you? I'm back to Indonesia today. Wish you'll be there .."
Sontak kening saya berkerut. Sapa nih? Saya langsung mengingat-ngingat siapa saja teman/kenalan yang lagi tinggal di luar karena jelas-jelas nomernya nomor luar. Akhirnya karena bingung saya membalas :
"I am sorry, but who is it?"
Kemudian ia membalas :
"You're Susan, right? We met at the airport last week, you gave me your number ... I'm Mike, remember?"
Gubraaak!! beuki bingung .. masalahnya Susan? Kok kayak nama saya : Irma Susanti. Anneu langsung komentar :
"Siga nu apal deuih bu irma bisa bahasa inggris"
Tapi teuteup udah dibolak balik juga saya ga tau, akhirnya saya ngambil kesimpulan : kalo ga salah sambung, ini pasti ada temen yang jailin.
Saya bales lagi :
"I think you've got the wrong number"
Eh, ga lama dengan sebelnya dia sms :
"Really? Oo sorry, so i guess I'll stay in Singapore and cancel my flight. You could just say no ... I'll understand. Pretending not knowing me is too much!"
Waah ieu mah ngajak gelut. Teu sopan pisan!! Tapi rada deg-degan oge .. bisi beneran aya nu ngarasa kenal (halah .. geer)
Okeh kalo gitu one last chance :
"Take is easy man, I was just tryin' to be nice .."
Setelah itu saya ga mikirin lagi karna siap-siap mo pulang. Abi udah nunggu.
Di perjalanan pulang, saya langsung cerita. Si Abi diam aja. Saya cerita lagi yang lain. Diam lagi. cerita lagi. Masih diam, sesekali ngasih komen atau ekspresi di sana-sini (Emang gitu kok ritualnya)
Namun akhirnya tanpa angin tanpa hujan, dia bilang :
"Umi ga nyangka sms itu dari abi ya? ..." dan meledaklah tawanya yang super jelek tapi bikin kangen itu.
Whoaaa .. saya ampir jatoh dari motor saking shock-nya (ga deng .. cuman dramatisasi aja)
Eh setelah itu tiba-tiba ada sms lagi :
"Did Faith call you? You see I broke up with her ... like you asked me. OK I'll prove it to you, meet me at Betawi's club tonight .. I'll marry you!"
Langsung Si abi nyeletuk :
"Eh, sugan teh nu eta teu kakirim, da saat-saat terakhir pulsa mau abis ..." (terakhir dia bilang itu no simcard malaysia yg pernag dia pake di sana)
Walau dia pake helm rasanya saya bisa membayangkan wajahnya nyengir lebar. Puaaas banget. Memang begitulah salah satu idealism dalam hidupnya adalah menjaili diriku ini. nasiib ...
Ini bukan pertama kalinya saya dikibulin sama soulmate sendiri, temen serumah. Tapi bodohnya : (saya emang bodoh kayaknya) selalu saya ketipu .. hiks
Kalo kami pergi belanja ke supermarket, dia akan membiarkan saya belanja sendiri sementara dia keliaran entah kemana. Trus, tiba-tiba saat saya mendorong troli, dia akan muncul dari belakang sambil berkata mengagetkan:
"Ada yang bisa saya bantu, mbak?"
Saya bisa ngelonjak tuh digituin, rasanya kayak ketangkep basah lagi ngapain gitu, padahal mah saya lagi asyik ngehayal. Emang aneh saya ini.
Apalagi kalo soal ngeledek, wuaah abis lah awak. Tidak usah lah diungkap di sini. Itu kan aib. Oke bi?
Yang saya ingin katakan adalah sejak kami mengikat janji 12 Maret 2000, hampir 9 tahun yang lalu, dia memang telah meninggalkan banyak kesan pahit dan manis dalam ruang hati saya (ya iya lah, secara ...)
Saya kesel kalo dia lelet. Dia kesel kalo saya ngomel terus.
Saya ga suka kalo dia udah berantakin benda-benda yang udah saya beresin. Dia ga suka kalo saya udah maksa pengen beli buku baru.
Kami pernah mengalami banyak hal.
Kami pernah dan sering memperdebatkan sampai bertengkar mengenai banyak hal.
Kami bahkan pernah berdebat hanya gara-gara saya yang sangat perfeksionis dalam hal bahasa dan istilah tidak setuju dengan gaya bahasa yang ia pakai.
Ada banyak persamaan kami.
Dia tidak suka saya dandan berlebihan. Saya juga.
Dia suka film dan musik. Saya juga.
Dia berwawasan luas. Saya juga doong .. (maksa ieu mah)
Selama ini, perasaan saya tak pernah berkurang sedikitpun padanya. Tidak di saat ia menjengkelkan atau kalo dia lagi 'gila'
Saya juga yakin dia tak akan mengecewakan saya, terutama berbohong sama saya.
Dia adalah lelaki terbaik dalam hidup saya.
The one and only.
Lelaki aneh yang sangat benci bawang dan seledri, sampai-sampai saya harus menyaring mangkok baksonya pas saya lupa ngasih tau ke si emangnya soal bawang dan seledri
Lelaki jujur yang tetap ga mau menggunakan cara-cara 'aneh' dalam pekerjaannya
Lelaki 'gila' yang bisa tahan terus-terusan menjaili saya dan anak-anak
Lelaki biasa yang terkagum-kagum saat pertama kali ke Sea World (huuu ..)
Lelaki tinggi besar yang selera makannya gedean saya ..
Bengeut Rambo hate Rinto ..
Lelaki yang mau jagain anak-anak pas saya pengen tidur lama
Lelaki yang kalo saya suruh mau makan sayur kuah pasti akan bilang :
"Umi mau ga disuruh minum susu?"
Lelaki yang malam ini menemani saya yang lagi chatting, dia nonton.
Filemnya filem lama. The Wedding Singer.
Ketika Adam Sandler bernyanyi, saya sempat menangkap lirik akhirnya :
"And I am the man who will grow old with you ..." kira-kira begitulah bunyinya.
Pas saya noleh ternyata dia mendendangkan lagu itu dan matanya berkaca-kaca menatap saya ..
Oh, man ... of course i want to grow old with you too ..."
Saya jadi terharu. Basah deh mata ini.
Karena ulah lelaki yang dulu menyangka ibukota Hongaria adalah : Hongkong ..
Je t'aime bien abi ...
Je ne peux pas passer ma vie sans toi ...
(saya baru nyadar ini tgl 14 feb, jadi mohon maaf ini hanya kebetulan. Saya sama sekali tidak sedang merayakan valentine)







Hidup itu emang ibarat putaran roda. The spinning wheel. Kadang di atas, kadang di bawah. kata orangtua : kalo lagi bahagia jangan berlebihan karna siapa tau saat berikutnya kita akan bersedih, vice versa.
Setelah kita dewasa, terkadang kita termangu dan heran dengan jalann hidup yang digariskan Allah pada kita. Konon kata para ahli agama, takdir kita terdiri atas dua macam : yang absolut/mutlak dan yang terjadi karena pilihan yang kita buat.
Anyway, saya sering termenung sejenak jika saya kebetulan bertemu dengan seseorang dari masa lalu,, entah masa kecil atau remaja, yang jalan hidupnya berbeda dengan yang saya perkirakan. Ada, misalnya teman yang saya anggap akan menjadi 'sukses' karena secara finansial dia berkelebihan, cantik, supel, de el el. Namun ternyata ketika bertemu kembali saat dewasa, jalan hidupnya cukup tragis hingga layak dimasukin sebagai skenario sinetron (sori .. itu sih lebay).
Atau : ada teman saya dulu yang bener-benar ga dianggap saking culunnya .. eh sekarang yang bersangkutan udah jadi pengusaha sukses.
Banyak orang tertegun ketika saya menceritakan masa kecil dan kondisi keluarga saya. Ada yang berkomentar : "Ya ampun Ma, kayak sinetron banget jalan hidupmu. perasaan aku mah lurus-lurus wae."
Dan saya hanya mesem2 soalnya saya ngerasa biasa aja, hanyaa mungkin punya pengalamann yg beda ama kebanyakan org. toh saya merasa saya bahagia, biasa aja.
Nah, kalee sekarang ketika saya terheran-heran dengan nasib orang, eh ... meureun si orangnya mah biasa aja ..
Well, maybe that's life!


Libur Imlek 26 januari 2009 ..
Ketiga wanita itu duduk di meja sebelah. Food Court Giant sore itu cukup ramah oleh orang-orang yang memanfaatkan waktu libur. Dua diantara mereka berpakaian terbuka (=sexy) : hot pants en kaus ketat. Mungkin kaus yang dipake kaus adek kecilnya, secara itu baju kecil banget .. saya sampai mikir jangan-jangaan mereka sebenarnya menderita karena sesak nafas pas pake baju itu. ah sudahlah ... sementara yang satunya lagi berpakaian layaknya laki-laki. Ketiganya kompak mengisap rokok sambil ribut berceloteh. Sesekali kosakata binatang mereka ucapkan dengan fasih. kentara sekali mereka memang benar-benar penyayang binatang, sampai-sampai peliharaan pun mereka bawa ke mall.
This is the true reality. Dimana-mana akan kita jumpai anak-anak remaja sampai dewasa berpakaian 'seadanya' dan berbahasa kasar. Kalo masalah pakaian sih mungkin ada yang salah dengan para penjahit di negeri ini : masa dari baju orang biasa sampai selebritis semuanya kekurangan bahan? (jangan-jangan banyak yang bermata silindris seperti saya jadi pas motong kain jadi ga pas hehe ..)
Ketika RUU Pornografi dan Pornoaksi digulirkan, kalangan 'berpakaian tapi telanjang' ini paling keras berteriak. Mungkin mereka takut pas pake 'tank top' bakal disergap sama satpol PP (ha ha .. ngebayanginnya aja saya udah bisa ngakak)
astaghfirullah ...