twitter


Yayasan tempat saya mengajar untuk kesekian kalinya buka lowongan untuk tenaga guru en pustakawan. Namanya juga sekolah oke (ehem ..) masuk jadi gurunya juga susah dong. Total jenderal, para calon guru baru harus melewati 7 tahap tes. Nah, kali ini ada sekitar 600 orang pendaftar. Tes mereka yang pertama diantaranya adalah kemampuan berbahasa Inggris lisan dan tulisan. Kemarin sudah diadakan tesnya yang pertama. Sekarang di tangan saya sudah ada ratusan lembar jawab bahasa Inggris yang harus saya periksa. Kebetulan saya yang diamanahi untuk membuat soalnya. Soalnya saya buat hanya 5 pertanyaan saja ditambah satu teks yang harus mereka pahami, itupun teksnya anecdote. Saya harap hanya dengan 5 soal itu mereka bisa menunjukkan kemampuan was wes wos mereka meski hanya lewat tulisan dulu.
Namun apa daya sudah sekitar 100 lembar yg saya periksa (istirahat dulu bentar pas nulis ini), tak sampai 10 orang yang saya acungi jempol kemampuan inggris tulisannya. Mohon maaf bukan berarti saya underestimate, cuman untuk ukuran lulusan S-1 (syaratnya begitu) saya pikir seharusnya semua orang bisa lah berbahasa inggris yang sederhana-sederhana aja mah. Masak sih belajar dari SD sampai lulus kuliah sampai tidak bisa memperkenalkan diri dalam bahasa inggris simple (malah ada yang kertasnya kosong melompong, entah lupa atau ketiduran pas ngerjain atau emang ga ngerti sama sekali).
Saya jadi inget bos suami saya dulu. Namanya Mark. Orang Inggris. walopun doi orang Inggris tapi kemampuan bahasa Indonesia-nya malah lebih bagus daripada para pegawainya yang orang lokal semua. pas giliran dia ngomong inggris, waah menggumam pun kedengarannya indah banget. Nah, suatu hari dia berkeliling bandung sendirian. Di suatu jalan, ia dihentikan oleh pak polisi. karena memang ga punya SIM, akhirnya dia berlagak tak bisa bahasa Indonesia dan terus nyerocos dalam bahasa Inggris. walhasil, pak polisi pun garuk-garuk kepala (tapi ini hanya dalam imajinasi saya aja, aslinya sih ga tau ekspresinya kayak gimana) dan mempersilakan Mark untuk melanjutkan perjalanan. meskipun pengalaman ini kemudiaan jadi public joke di kantornya, tappi bagi saya ini memalukan sekali. Kebayang kalo bule yang lewat sebenarnya adalah penyelundup narkoba atau serial killer, dan kemudian dibiarkan bebas karna ga iso bhs inggris, walah .. walah ..
Nah, kembali ke masalah tes guru tadi, meskipun inggris bukanlah satu-satunya tolak ukur kemampuaan seseorang, tapi saya pikir di era global kayak gini, tiap hari berhubungan dengan yang namanya technology, yang hampir semuanyaa dalam bahasa Inggris, keterlaluan lah orang masih ga ngerti-ngerti wae mah.
Ga percaya? Liat aja aplikasi microsoft window. Ada gitu yang disajikan dalam bahasa indo? View jadi LIHAT misalnya. atau download = mengunduh. kan kita lebih familiar dengan bhs aslinya. Perhatikan aja ketika orang bercakap-cakap.
"Aku belinya di konter (=counter) kaset lho .."
"Kamu udah liat treiler (=trailer) film yang baru itu belom?"
"Cowok kamu kiyut (=cute) dech .."
Tuuh kan .... hampir semua percakapan kita sekarang didominasi oleh bhs inggris, terutama.
Emang sih jaman saya sekolah dulu waktu SD (1985-1991) belom ada pelajaran bahasa Inggris. cuman saya aja yang nyeleneh belajar inggris mulai usia 6 tahun, karna ibu saya dulu kerja di luar nagreg, jadi saya sering dikirimi buku-buku berbahasa inggris dari luar.
pelajaran bahasa inggris baru saya terima secara formal di kelas 1 SMP. itupun gurunya killer dan terus2an mengajar grammar, 16 tenses yang bikin mual. okelah masih wajar untuk orang-orang seangkatan saya (kelahiran 1970-1979). tapi kalo untuk generasi setelah itu, ketika bahasa asing sudah diperkenalkan dari kecil (TK aja sekarang udah mulai belajar) harusnya sudah ngeh dengan bhs asing.
apalagi untuk seorang sarjana S-1 (tadi saya juga meriksa ada yang lulusan s-2 dan ia saya kasih nilai 66 saja), gimana mau eksis di dunia pekerjaan, apalagi sekarang di sektor manapun orang pasti ketemu dengan bhs asing, minimal bhs inggris. Menjadi guru non inggris pun sekarang dituntut untuk menguasai bahasa asing dengan digembor-gemborkannya kelas 'bilingual' dan sekolah berstandar internasional. kecuali kalo Anda mau jadi guru yang biasa-biasa aja.
yah, emang itu bukan berarti bhs ing adalah segala-galanya. tetap aja, akhlak nomor 6. yang nomor satunya syahadat, 2 sholat, ...
yah saya juga bersyukur sih jaman saya tes masuk sekolah saya yang sekarang ga aga tes matematika, kalo ada, matilah ...

2 komentar:

  1. hey cepet beresin itu periksaeun.. besok jam 8 dikumpulkeun :D saya mah udaahh daritadi.. hehehe

    kalo dirimu baru ikutan tesnya ayeuna kena tes matematika doonkkk :) beruntung juga yaa jadi orang 'tua'.. heuheu

  1. Ibuuuuuuuuu
    aku baru nemu blognya ibu...
    aku juga punya blog loh bu!!!
    dadah ibu !!!
    murid ibu yang paling lucu sedunia (narsis sekali saiia ini...)