twitter


Ini adalah lanjutan cerita saya mengenai tes guru di tempat saya ngajar (yayasan asih putera). Dari pagi sampai siang tadi diselenggarakan tes inggris lisan, tahfidz dan tilawah serta tes komputer, semuanya ada 160 applicants.
Secara naluriah saya selalu excited untuk bertemu dengan orang-orang baru. It's fun to find out about people's ideas and toughts. Padahal beberapa teman saa mengeluhkan betapa lamanya saya mewawancarai para pelamar (saya ngetes kemampuan inggris mereka), he .. he .. biasaaa .. sagala diomongkeun.
Dari sekian banyak yang saya wawancara, ada beberapa orang yang entah tak tahu tentang etika atau saking gugpnya, mereka tetap memakai jaket ke dalam ruangan padahal saya lihat di baliknya mereka memakai kemeja rapi, bahkan ada yang berdasi. Setahu saya, umumnya orang kalo masuk ruangan wajib membuka jaket dan topi karena sering dianggap tak sopan.
Tapi ada satu orang yang aneh bin ajaib. Dia tak hanya berjaket tapi juga menggendong tas ranselnya seperti astronot yang siap melayang ke bulan. Di akhir wawancara akhirnya saya bilang ke dia, "Next time if you get interviewed, please open your jacket ..." sontak dia hendak membuka jaketnya. Yeee .. telat atuh kang ..
Trus yang lucu lagi, pertanyaan pertama selalu saya buka dengan :

"Please, tell me about yourself .."

Dan hampir semuanya sekitar 98 % akan menjawab dengan :
"My name is ... i was born in ... on ... in 19.., I have ... brothers ... i have ... sisters ... etc.
Well okay .. tapi akan lebih catchy sebenarnya jika mereka langsung menceritakan tentang diri MEREKA saja, ga usah pake embel-embel segala disebutkan. Bagi saya mungkin perkenalan seperti itu sangat sangat common. biasa banget. Padahal tujuan wawancara adalah untuk membuat si pewawancara terkesan. Apa salahnya kalo langsung mengatakan :

"Hi, i am irma. i am 29 years old. i am smart, and willing to work hard. i can speak in four different languages (two of them are native languages), i am here to show you all i have and i am sure you're going to love me. is there any question?"

weiss .. keren ga tuh? Bikin orang penasaran kan ...??
Saya jadi inget dulu pernah ngelamar ke sebuah lembaga kursus. Pada saat wawancara (seperti biasa) saya banyak omong, mungkin juga keterima karena pewawancara udah bosen denger saya ngomong terus ..
Nah mereka mengajukan satu pertanyaan :

"Are you ready for new challenge?"
Langsung saya jawab : "Yeah sure, as long as it has shape ..
Si pewawancara jadi ketawa. Saya juga ikut ketawa. Akhirnya keterima deh.

Nah, jadi aturan pertama : BUKA JAKET DAN JINJING TAS ANDA, JANGAN DIGENDONG. aturan kedua : JANGAN TERJEBAK DENGAN STEREOTIPE YANG UDAH UMUM, BE CREATIVE!

Kemudian saya meminta mereka untuk memberikan nilai kepada diri sendiri dengan rentang 1 sampai 10. Banyak yang malu-malu dan seolah mengatakan ga pantes lah menilai diri sendiri, takut sombong, ntar anggapan kita ga sama dengan orang lain, ...
Padahal saya pikir kita semua HARUS BISA menilai diri sendiri. Buat apa? Yah, supaya kita punya daya tawar dong. Kalo kita dari jurusan Ekonomi, misalnya, kita harus bisa memberi nilai berapa bagus kemampuan ekonomi kita ...
Memang sih, susah-susah gampang. Kadang ada juga orang yang ketinggian menilai diri sendiri. Ngerasa nilai 9 padahal sebenarnya kemampuannya pantas dihargai dengan 9 terbalik. Atau banyak juga yang ragu memberi nilai tinggi padahal punya kemampuan mumpuni.

However, ini sebenarnya bisa dilatih dengan terus meng-upgrade diri. Pertama, kita lihat dulu apa keahlian kita. Saya dari jurusan bahasa Prancis. Saya mesti tahu bahwa anak bahasa tolak ukurnya biasanya dari speaking-nya, nah saya tahu standar ngomong orang Prancis tuh kayak gimana (Ga terlalu ngebuka mulut tapi muncrat kemana-mana en cepet banget), setelah tahu saya akan mempraktekkan bahasa Prancis saya. Mungkin setelah itu dengan bantuan saran dari teman, saya akan memposisikan kemampuan bahasa saya misalnya di angka 7. Nah setelah itu, sayya wajib meng-upgrade diri. Belajar lagi. nanti hasilnya dibandingkan dengan yang pertama (di-compare juga dengan orang lain) dari situlah saya bisa menilai kemampuan saya sendiri.
Sama juga dengan skill yang lain. Jika anak matematika yang pinter itu maksimalnya harus bisa menguasai sampai integral misalnya (sori kalo salah ya bu anggun, aku asal ngomong nih ..) maka jika kita udah bisa, kita boleh-boleh aja memberikan nilai untuk kita sendiri 9 misalnya.
berarti aturan ketiga :KENALI POTENSI DIRI, REALISTIS DAN PERCAYA DIRI

Terakhir, banyak dari mereka yang memang kurang dalam conversation. Itu saya maklumi karna hanya sedikit sekali orang Indonesia yang mempraktekkan bahasa inggris full sehari-hari. Tapi saya amat menghargai mereka yang mau ngejawab aja kayaknya susah gitu .. ampe keringatan, tapi terus berusaha, biarpun jawabannya pake inggris gaya tarzan, daripada mereka yang kemudian menyerah dan memutuskan untuk menjawab dalam bahasa Indonesia atau lebih parah lagi, ga mau ngejawab.
Tapi saya acungi jempol bagi Anda-Anda yang bukan dari jurusan bahasa Inggris tapi kemampuan Anda bagus!!!
Dan bagi beberapa anak inggris, saya terpaksa harus kecewa (lagi-lagi kecewa tepatnya) karena Anda termasuk sarjana lulusan pendidikan bahasa inggris/sastra inggris yang kurang bisa berbahasa inggris. Serius loh .. tolong dong belajar 4-5 tahun tuh ngapain aja? Anda kan harus mempertanggungjawabkan gelar yang sudah diberikan kepada Anda.

Fiuuh .. emang miris yah liat kenyataan banyak sarjana yang tak dapat menjelaskan/mengaplikasikan ilmunya sendiri.

Yah pokoknya kalo saya diminta menilai kemampuan prancis saya sekarang harus saya akui bahwa saya hanya bisa ngasih 7 saja. Dulu, saya termasuk fasih dalam bhs ini, tapi karena (ehem .. beralasan) jarang sekali dipakai, yah gitu deh ..
kalo kemampuan inggris saya ?? Ehm ... 9,6 (jeung gepuk ... :)
kemampuan ngomong?? so pasti ... 10+ dong ...
ga boleh protes ya sama nilai saya he .. he .. hatur nuhun ah

3 komentar:

  1. saya paling ga bisa bahasa inggris bu, untung saya ga diwawancarai sama bu irma, he2X. bisa berabe bo.... oya katanya lagi belajar bahasa jerman ya, saya punya teman s2 b.jerman lo, makanya kali-kali main ke blog saya ya! oya kenapa ibu ga belajar bahasa arab juga....... biar ketika kita baca al-qur'an tahu maknanya, dan itu ternyata bisa dijadikan salah satu tombo hati (obat hati.

  1. hai lagi .. he he bener juga bahasa arab kan bahasa qur'an.temen2 jg sering ngeledek; "moal asup surga atuh teu apal bhs arab mah" dan biasanya sy jawab : "Weits, ke heula da di surga mah engke aya pilihan bahasa/subtitle, jadi tinggal dipencet saja ..." ngga deng .. becanda aja. yah doain yah supaya bisa belajar (jerman juga belum mulai da ..) eh sori ya kalo kamu pikir bhs ing susah, saya ga maksud underestimate loh ..

  1. ha...ha...masuk surga ko kayak mau nonton dvd...saya yakin ibu belajar bahasa apa saja pasti jago...soal nya kecerdasan linguistik ibu irma wuih.....luar binasa....eh luar biasa...