Seorang anak Mts Asih Putera, Armando, menulis sebuah pantun ketika diminta oleh guru. Sebenarnya tidak begitu tepat dikatakan sebagai pantun, tapi beginilah bunyinya:
"Jika cinta mudah dimengerti, semua masalah pasti akan terjawab .."
Sederhana tapi bermakna. Dalam sekaligus berarti sangat luas.
Ini kata-kata seorang anak kelas 7. Bukan kata-kata seorang dewasa yang sudah pernah merasakan cinta. Ado (panggilan sayang - Armando) mungkin bahkan belum ngeh dengan apa itu cinta (kadang orang dewasa pun bingung dengan definisi kata yang satu ini) tapi kata-kata Ado bisa membuat saya terbahak (awalnya) dan merenung dalam (akhirnya).
Cinta tidak mudah dimengerti. Mungkin memang begitu. Cinta seringkali disalahartikan oleh banyak orang, mungkin karena memang tak ada yang dapat memahaminya.
Seorang pemuda yang sedang dimabuk cinta nekad bunuh diri ketika diputuskan cinta oleh sang kekasih. Seorang ibu yang sangat mencintai anaknya rela melakukan apa saja untuk sang belahan jiwa.
Seorang yang sangat cinta dengan Rabb-nya bahkan rela meninggalkan kehidupan dunia. Seorang seniman yang sangat mencintai dunianya bahkan rela dicap 'aneh' oleh lingkungan sekitarnya.
Ah, cinta memang tidak mudah dimengerti.
Atas nama cinta, seorang kerabat saya tetap berusaha meluluskan setiap permintaan anaknya, meskipun di mata saya sang anak adalah anak durhaka karena jelas-jelas ia membangkang ibunya.
Atas nama cinta banyak pasangan belum menikah yang melakukan hubungan intim yang jelas-jelas tak diharamkan agama.
Atas nama cinta kepada anak istri banyak kepala keluarga yang melakukan korupsi.
Rasanya jika cinta sudah melekat, semua hal menjadi mungkin. Semuanya menjadi feasible. Boleh-boleh saja. Kalo kata Jamal Mirdad:
"Kalo cinta sudah melekat, tai kucing rasa coklat ..."
Cinta tak mudah dimengerti.
Mengertikah kita jika dulu ketika kita remaja, kita mulai naksir seseorang? Darimana datangnya rasa itu? Mengapa harus dia?
Mengertikah seorang ibu bahwa anak yang susah payah ia lahirkan, kemudian kelak menjadi anak durhaka?
Tapi jika cinta mudah dimengerti, semua masalah pasti terjawab.
Rasanya jadi rasional.
Benarkah?
Jika cinta rasional, seorang kekasih yang banyak mengorbankan waktu, tenaga dan uang demi belahan jiwanya pasti akan menghitung ulang semua untung rugi yang telah ia keluarkan.
Jika seorang ibu menyadari kelakuan bejat anaknya pasti ia akan berhenti mencintai anak itu. Buat apa? Tidak logis kan??
Tapi memang cinta tak bisa rasional.
Cinta bukan matematika. Atau fisika. Dua pelajaran yang tidak saya sukai karena menuntut banyak rasionalitas dan logika.
Cinta juga bukan bahasa. Yang mudah saja mengalir. Membentuk kata, puisi, jutaan prosa.
Cinta bukan ilmu sosial. Yang hanya harus dihapalkan. Runutan kejadian per kejadian.
Cinta memang tak mudah dimengerti Ado, tapi karena itulah ia indah.
Ia indah karena ia tak bersyarat. Ia indah karena ia menghinggapi siapa saja. Tak kaya tak miskin. Tanpa melihat rupa. Mau yang cantiknya relatif sampai yang jeleknya mutlak.
Pun ia tak lekang waktu. Tak terbatas durasi.
Andaikan orangtua membatasi waktunya dalam mencintai anak, tak terbayangkan akan ada berapa milyar anak tersia-sia karena waktu mencintai telah habis.
Maka Ado, biarkan saja cinta tak mudah dimengerti. Meski ia tak selamanya menjadi pemecah banyak masalah.
Biarkan saja.
Yang menjadi masalah jika semua orang di dunia ini sudah lupa caranya mencintai.
Padahal Allah tak pernah lupa menyirami kita, manusia bodoh yang tak berakal ini dengan cinta. Setiap detik kita. Setiap tarikan nafas kita. Setiap untaian mimpi yang meninabobokan kita di malam hari.
Wallahu'alam.
"Jika cinta mudah dimengerti, semua masalah pasti akan terjawab .."
Sederhana tapi bermakna. Dalam sekaligus berarti sangat luas.
Ini kata-kata seorang anak kelas 7. Bukan kata-kata seorang dewasa yang sudah pernah merasakan cinta. Ado (panggilan sayang - Armando) mungkin bahkan belum ngeh dengan apa itu cinta (kadang orang dewasa pun bingung dengan definisi kata yang satu ini) tapi kata-kata Ado bisa membuat saya terbahak (awalnya) dan merenung dalam (akhirnya).
Cinta tidak mudah dimengerti. Mungkin memang begitu. Cinta seringkali disalahartikan oleh banyak orang, mungkin karena memang tak ada yang dapat memahaminya.
Seorang pemuda yang sedang dimabuk cinta nekad bunuh diri ketika diputuskan cinta oleh sang kekasih. Seorang ibu yang sangat mencintai anaknya rela melakukan apa saja untuk sang belahan jiwa.
Seorang yang sangat cinta dengan Rabb-nya bahkan rela meninggalkan kehidupan dunia. Seorang seniman yang sangat mencintai dunianya bahkan rela dicap 'aneh' oleh lingkungan sekitarnya.
Ah, cinta memang tidak mudah dimengerti.
Atas nama cinta, seorang kerabat saya tetap berusaha meluluskan setiap permintaan anaknya, meskipun di mata saya sang anak adalah anak durhaka karena jelas-jelas ia membangkang ibunya.
Atas nama cinta banyak pasangan belum menikah yang melakukan hubungan intim yang jelas-jelas tak diharamkan agama.
Atas nama cinta kepada anak istri banyak kepala keluarga yang melakukan korupsi.
Rasanya jika cinta sudah melekat, semua hal menjadi mungkin. Semuanya menjadi feasible. Boleh-boleh saja. Kalo kata Jamal Mirdad:
"Kalo cinta sudah melekat, tai kucing rasa coklat ..."
Cinta tak mudah dimengerti.
Mengertikah kita jika dulu ketika kita remaja, kita mulai naksir seseorang? Darimana datangnya rasa itu? Mengapa harus dia?
Mengertikah seorang ibu bahwa anak yang susah payah ia lahirkan, kemudian kelak menjadi anak durhaka?
Tapi jika cinta mudah dimengerti, semua masalah pasti terjawab.
Rasanya jadi rasional.
Benarkah?
Jika cinta rasional, seorang kekasih yang banyak mengorbankan waktu, tenaga dan uang demi belahan jiwanya pasti akan menghitung ulang semua untung rugi yang telah ia keluarkan.
Jika seorang ibu menyadari kelakuan bejat anaknya pasti ia akan berhenti mencintai anak itu. Buat apa? Tidak logis kan??
Tapi memang cinta tak bisa rasional.
Cinta bukan matematika. Atau fisika. Dua pelajaran yang tidak saya sukai karena menuntut banyak rasionalitas dan logika.
Cinta juga bukan bahasa. Yang mudah saja mengalir. Membentuk kata, puisi, jutaan prosa.
Cinta bukan ilmu sosial. Yang hanya harus dihapalkan. Runutan kejadian per kejadian.
Cinta memang tak mudah dimengerti Ado, tapi karena itulah ia indah.
Ia indah karena ia tak bersyarat. Ia indah karena ia menghinggapi siapa saja. Tak kaya tak miskin. Tanpa melihat rupa. Mau yang cantiknya relatif sampai yang jeleknya mutlak.
Pun ia tak lekang waktu. Tak terbatas durasi.
Andaikan orangtua membatasi waktunya dalam mencintai anak, tak terbayangkan akan ada berapa milyar anak tersia-sia karena waktu mencintai telah habis.
Maka Ado, biarkan saja cinta tak mudah dimengerti. Meski ia tak selamanya menjadi pemecah banyak masalah.
Biarkan saja.
Yang menjadi masalah jika semua orang di dunia ini sudah lupa caranya mencintai.
Padahal Allah tak pernah lupa menyirami kita, manusia bodoh yang tak berakal ini dengan cinta. Setiap detik kita. Setiap tarikan nafas kita. Setiap untaian mimpi yang meninabobokan kita di malam hari.
Wallahu'alam.
20 Februari 2009 pukul 08.03
cinta itu indah?? indah mah nama mamanya ain :D
really like this post :) bayar royalti ke ado tuh, uda memberi inspirasi hehe :D