twitter


Nampaknya sebagian besar remaja di tatar Sunda ini semuanya penyayang binatang. Hal ini dapat saya pastikan karena mereka selalu menyertakan nama binatang kesayangan mereka ke dalam setiap ucapannya. Anehnya, si binatang kesayangan itu sama jenisnya. Saya tidak tahu apakah pengetahuan mereka soal binatang begitu sempitnya hingga hanya satu nama ini saja yang secara spesifik mereka ucapkan. Saya tarik kembali kalimat saya tadi, bukan remaja, melainkan sebagian besar orang pada umumnya, tua maupun muda, meski harus saya akui, remaja adalah segmen yang mendominasi.

Si binatang istimewa ini tak lain dan tak bukan adalah anjing. Saya tidak tahu untuk kota-kota lain bagaimana, yang saya tahu anjing hanya dipakai untuk makian, namun di Bandung ini dan juga kota-kota lain di seantero Jawa Barat ini ya seperti itu tadi.

Edunnya lagi, kata "anjing" dapat difungsikan sebagai kata apapun - halaah inget kuliah Pak Amin jadinya -

- menjadi objek = "Rek kamana, anjing?"

- menjadi pelengkap subjek = "Anjing, aing mah kamari ..."

- menjadi penegasan = "ari maneh, anjing?"

- menyatakan keheranan = "naha bisa kitu, anjing?"

- menyatakan kekaguman = "anjing ... eta mah alus pisan euy .."

dan tentu saja

makian.

Tapi maaf saja saya takkan memberikan contohnya di sini.

Saya pikir saking banyaknya fungsi yang dapat dipakaikan pada kata ini seharusnya para Grammarians - seperti Prof. Amin dosen saya - dapat memberi nama tertentu padanya.

Tentu saja saya tidak serius. Saya menulis ini karena sudah muak dengan orang-orang yang sering sekali 'berhubungan intim' dengan anjing. Man, what's the matter with them??

Sayangnya anjing tidak bisa bahasa manusia. Kalau bisa ia pasti sudah protes, kenapa namanya dipakai secara tidak proporsional begitu. Ini sama saja dengan bahasa Inggris, dimana kata "dog" - atau "dawg" dalam lafal slank - dan kata "bitch" seringkali dipakai dalam percakapan.

Apa sih salahnya para anjing?

Bukankah manusia yang seharusnya lebih bisa mikir. Akal kan diberikan pada kita. Ga ngerti saya (geleng-geleng kepala - sok bijak).

Saya bayangkan, seharusnya anjing protes dan mengajukan mosi pada komisi entah-apa-gitu-yang-mengurusinya tentang pencemaran nama baik.

Dan meskipun anjing tak bisa ngomong, saya yakin kalau ia ngerti ia pasti setuju dengan saya.

Betul kan, anjing?

P.S mohon maaf untuk contoh-contoh kalimat di atas jika sedikit 'blak-blakan'




0 komentar: