twitter


Saya amat berterima kasih dengan adanya facebook. Beneran ... smua teman dan kenalan jadi bisa ketemu lagi, walaupun hanya memandang fotonya aatau mengomentari statusnya. Salah satunya, saya jadi ketemu lagi dengan dua murid saya waktu pertamakali ngajar dulu di Dago. Naah, inilah yang memacu memori saya kembali ke sekitar 10 tahun yang lalu.

Saya mulai mengajar di akhir 1998 menjelang 1999. Masih kuliah tentu saja. Saya mengajar di sebuah lembaga kursus bahasa inggris di jalan bangbayang Dago. Saya guru termuda di sana waktu itu. Ajaibnya, paling muda tapi saya sudah disodori kelas mahasiswa, walhasil saya seumur dengan murid atau malah murid lebih tua dari saya (contohnya si abi haha). Mungkin karena dari awal sudah berhadapannya dengan orang dewasa, terbawa hingga sekarang, saya suka mati gaya kalo ngajar anak kecil. Ga bisa aja.

Pengalaman pertama ngajar di Dago ini membekas sekali dalam ingatan saya. Gimana engga, di sinilah saya bertemu dengan suami saya .. tapi biarlah bagian itu tidak saya ceritakan di sini.

Di sanalah saya benar-benar belajar untuk 'bisa dimengerti sama orang', kalo sebelumnya saya senang bisa menerangkan sesuatu pada orang, tak peduli ngerti atau engga, maka saat itu baru kerasa, bahwa ada orang yang bergantung dengan ilmu saya, cieee ...

Kelas yang paling saya ingat ada dua kelas. Yang pertama, muridnya semua mahasiswa POLMAN, semuanya laki-laki. Rata-rata mereka butuh bahasa inggris untuk dunia kerja, maklum POLMAN kan diploma. Jadi langsung siap kerja.

Kelas kedua terdiri dari tiga orang mahasiswa POLMAN, laki-laki dan empat orang mahasiswa Geologi UNPAD, semuanya perempuan. Lucunya, karena saya masih muda (19 tahun), mereka tak ada yang memanggil saya ibu. Kalau tidak Miss ya langsung memanggil nama.

Setelah menikah (yang membuat bos saya di sana agak mencak-mencak, I am sorry Mr. Logue, may you rest in peace ..), saya menyelesaikan kuliah dan kemudian berpindah-pindah mengajar di berbagai tempat kursus di Bandung, kelas reguler, in house training atau private class.

Dari sekian banyak murid, saya juga ingat satu orang yang membekas. Namanya Andi Abdurrahman. Saya mengajarnya di suatu lembaga di daerah Supratman. Karena saya termasuk guru yang 'achtung' (itu istilah anak-anak POLMAN untuk saya; bahasa jerman, artinya 'perhatian'), saya tahu bahwa Andi adalah anak STM yang kehidupannya pas-pasan. Orangtuanya hanyalah orang sederhana.

Yang saya ingat, Andi anaknya semangat, dan lucu. Dia humoris, jadi cocok sama saya yang 'slebor'. Dulu, di kelas saya pernah memotivasi mereka (Andi dan teman-teman) untuk mewujudkan mimpi yang mereka punya. Saya tunjukkan bahwa banyak sekali orang berhasil dari bukan apa-apa. From nothing into something.

Entahlah, saya kan banyak omong, jadi setelah itu saya jadi tak ingat lagi udah ngomong apa aja. Berbulan setelah itu saya sudah pindah lagi mengajar di tempat lain.

Tak pernah saya lupakan sms itu. Tiba-tiba setelah sekian lama Andi meng-sms saya dan mengatakan dia sudah kerja di Batam. Dan salah satu kalimatnya adalah,
"Miss, saya ke Batam karena kata-kata Miss waktu itu, saya mau mengejar mimpi .."
Saya terperangah, terharu, merenung. Sungguh, padahal saya sendiri sudah lupa apa tepatnya yang saya katakan pada Andi. Tapi dia percaya penuh dengan kata-kata saya dan mau menyebrang hingga ke Batam untuk itu.

Ada banyak sekali kata-kata, atau ungkapan dari murid yang membuat hati ini bergetar. Mungkin itulah nikmatnya menjadi guru. Dari situlah kami mendapatkan setitik penghargaan. Saat murid merasa kitalah center of life-nya, wuiih tak dibayar pun rasanya rela.

Saya juga ingat ketika mengajar seorang ibu yang luar biasa cerdas. Ia mahasiswa S-3 (glegh .. bikin minder) tapi punya masalah berat di bahasa Inggris. Pada hari pertama belajar, entah kenapa, dia memutuskan untuk menceritakan kehidupan pribadinya pada saya plus mengapa dia ingin mengejar bahasa Inggris. Teman-teman sesama English instructor waktu itu sampai berkomentar,
"Kalo ingin tahu riwayat hidup seseorang, kasih aja ke bu Irma, lima menit langsung murudul .."

Padahal saya juga ga tahu kenapa orang cenderung seperti itu jika bersama saya. Oh, mungkin juga karena saya sangat banyak ngomong, jadi termotivasi mereka untuk ngomong juga .. hadaah.

Di akhir pertemuan kami, si ibu S-3 mengatakan bahwa ia terkesan sekali dengan saya, bahwa saya membuatnya nyaman untuk belajar. Alhamdulillah. Atau ketika saya mengajar di rumah sakit Cicendo. Saya mengajar para perawat. Salah seorang perawat ternyata kenal dengan salah seorang kerabat saya. Dan ia berkata pada kerabat saya itu betapa saya berbakat padahal masih sangat muda, betapa ia enjoy belajar dengan saya.

Saya tak bermaksud menyombong di sini, walaupun saya emang narsis, manis dan optimis. Maksud saya adalah, betapa pagi ini saya tersenyum sendiri dan merasakan hati saya menghangat karena saya tahu ada banyak orang di luar sana yang sudah menerima ilmu yang pernah saya berikan pada mereka. Betapa mereka senang dengan saya, nyaman dengan saya dan mengaku mendapatkan manfaat.

Saya merasa senang karena salah satu amalan yang tak pernah akan putus hingga ke akhirat adalah ilmu yang bermanfaat. Biarlah ilmu yang saya ajarkan kata orang 'bahasa kafir' biarlah meski hanya sedikit yang saya tularkan, tapi saya yakin jika ikhlas, semua itu akan bersaksi bagi saya di alam sana ..

Wallahu alam.




0 komentar: